LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR
Oleh :
1. Linda Kusumaningrum (105080300111027)
2. Twention Nur Ellasafentry (105080300111029)
3. Mohammad Fathur Rohman (105080300111031)
4. Aldeffa Manggalah (105080300111033)
5. Nova Yuni Dwi Palupi (105080300111035)
6. Bima Haris Prasetyo (105080101111037)
7. M Halim Afifi (105080101111039)
8. Astri Iga Siska (115080300111041)
9. Mega Lestari (115080300111043)
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2011
MIKROSKOP
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keanekaragaman makhluk hidup yang merupakan sumber acuan dalam proses pembelajaran yang memiliki peran penting dalam melakukan kegiatan praktikum ini, yang mana dalam proses kegiatan ini penulis akan menjelaskan berdasarkan susunan materi yang telah kami pelajari, yaitu pada “mikroskop” (Hendro,2009)
Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati objek yang berukuran sangat kecil. Hal ini membantu memecahkan persoalan manusia tentang organisme yang berukuran kecil. Ada dua jenis mikroskop berdasarkan pada kenampakan objek yang iamati,yaitu mikroskop dua dimensi (mikroskop cahaya) dan mikroskop tiga dimensi (mikroskop stereo). Sedangakn berdasarkan sumber cahayanya mikroskop dibedakan menjadi mikroskop cahaya dan mikroskop electron (Nanunder,2009)
Mikroskop pertama kali ditemukan oleh seorang berkebangsaan Belanda, Antony Van Leuweenhook. Mikroskop yang ditemukan yaitu mikroskop sederhana (berlensa tunggal). Pada tahun 1600 Hans dan Zacharis Jansen menemukan mikroskop yang lebih canggih yaitu mikroskop majemuk (berlensa ganda). Mikroskop sederhana dan mikroskop majemuk merupakan mikroskop cahaya dimana keduanya memanfaatkan pancaran cahaya untuk membentuk bayangan benda. Seiring berjalannya waktu pada tahun 1932 Knoll dan Ruska menemukan mikroskop elektron (Zaifbio,2009)
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud diadakannya praktikum Biologi Dasar tentang Penggunaan Mikroskop adalah untuk mengetahui macam-macam mikroskop dan fungsinya yang sering digunakan dalam laboratorium biologi untuk menunjang proses praktikum.
Tujuan diadakannya praktikum Biologi Dasar tentang Penggunaan Mikroskop adalah untuk memperkenalkan mikroskop monokuler atau mikrokop binokuler,cara penggunaan dan pemeliharaannya.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Biologi Dasar tentang Penggunaan Mikroskop ini dilaksanakan pada hari rabu tanggal 28 September 2011 pukul 10.40 – 12.20 WIB. Bertempat di Laboratorium IIP (Ilmu-Ilmu Perairan), gedung C lantai 1. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya,Malang.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Mikroskop
Mikroskop adalah alat yang berfungsi untuk mengamati benda-benda yang sangat kecil agar tampak lebih besar dan lebih jelas (shvoong,2011)
Mikroskop adalah alat yang menggunakan lensa untuk mendapatkan gambar yang diperbesar dan dengan demikian dapat memperoleh rincian sekecil-kecilnya dari objek yang terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang (Zaifbio,2009)
Mikroskop adalah sebuah alat untuk melihat objek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Kata mikroskopik berarti sangat kecil,tidak mudah dilihat dengan mata(wikipedia,2011).
2.2 Sejarah Mikroskop
Mikroskop pertama kali ditemukan oleh seorang berkebangsan Belanda, Antony Van Leeuweenhook. Mikroskop yang ditemukan yaitu mikroskop sederhana (berlensa tunggal). Pada tahun 1600 Hans dan Zacharis Jansen menemukan mikroskop yang lebih canggih yaitu mikroskop majemuk (berlensa ganda). Mikroskop sederhana dan mikroskop majemuk merupakan mikroskop cahaya dimana keduanya memanfaatkan pancaran cahaya untuk membentuk bayangan benda. Seiring berjalannya waktu pada tahun 1932 Knoll dan Ruska menemukan mikroskop electron. Mikroskop electron menggunakan berkas elektron sebagai pengganti cahaya untuk membentuk bayangan benda (Zaifbio,2009)
Antony Van Leeuweenhook orang yang pertama kali menggunakan mikroskop walaupun dalam bentuk sederhana pada bidang mikrobiologi. Kemudian pada tahun 1600 Hans dan Z. Jansen telah menemukan mikroskop yang lebih maju dengan nama mikroskop ganda. Mikroskop berasal dari kata mikro yang berarti kecil dan scopium (penglihatan). Mikroskop adalah suatu benda yang berguna untuk memberikan bayangan yang diperbesar dari benda-benda yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Mikroskop terdiri dari beberapa bagian yang memiliki fungsi tersendiri( )
Mikroskop pertama kali ditemukan oleh Antony Van Leeuweenhook (1632-1732) yang berkebangsaan Belanda, dengan mikroskop yang masing-masing terdiri atas lensa tunggal hasil gosokan rumah yang ditanam dalam kerangka kuningan dan perak. Kekuatan perbesarn tertinggi yang dapat dicapainya hanyalah 200-300 kali,mikroskop ini sedikit sekali persamaannya dengan mikroskop cahaya majemuk yang ada sekarang (Annisanfushie,2008)
2.3 Macam-Macam Mikroskop dan Contohnya
Mikroskop ada 2 macam, yaitu mkroskop cahaya dan mikroskop electron. Beberapa contoh dari mikroskop cahaya antara lain: mikroskop medan terang, mikroskop medan gelap, mikroskop fluorensi, dan mikroskop fase kontras.
• Mikroskop Medan Terang
Pada mikroskop ini benda yang diamati di terangi dengan benderang, sehingga objek-objek yang sedang diamati tampak lebih gelap daripada latar belakangnya. (Zaifbio,2009)
• Mikroskop Medan Gelap
Cahaya diarahkan pada suatu spesimen. Lensa kondektor hanya mentransisikan cahaya yang terpantul dari spesimen/objek. Objek yang diamati lebih terang daripada latar belakangnya (Zaifbio,2009)
• Mikroskop Fluorensi
Mikroskop ini digunakan untuk memeriksa spesimen yang telah diwarnai dengan zat-zat warna fluorensi, sehingga memungkinkan identifikasi dengan cepat (Zaifbio,2009).
• Mikroskop Fase Kontras
Komponen-komponen pada mikroskop ini membawa gelombang cahaya keluar dari fase. Mikroskop ini menghasilkan perbedaan kontras dan keindahan ketika gelombang cahay bergabung (Zaifbio,2009)
Sedangkan beberapa contoh dari mikroskop electron antara lain:
• Mikroskop Transisi Elektron
Sebuah sinar electron yang dilewatkan melalui objek electron yang melewatinya digunakan untuk membuat gambar tersebut. Daerah objek yang elektronnya berpancar tampak gelap, sehingga dapat menimbulkan warna yang dapat menjelaskan bayangan objek tersebut.
• Mikroskop Pemindai Elektron
Berkas electron dipindai di seluruh permukaan spesimen dan elekton terpecah-pecah pada permukaan specimen tersebut. Topografi specimen menentukan kontras dan isi gambar, sehingga gambar benda dapat terlihat (Zaifbio,2009)
2.4 Bagian Mikroskop Dan Fungsinya
(google.images.2011)
Bagian-bagian mikroskop beserta fungsinya setelah dilakukan pengamatan adalah sebagai berikut:
• Lensa Okuler
Berfungsi untuk memperbesar bayangan benda yang diteruskan oleh lensa objektif dan lensa okuler
• Tabung Mikroskop
Berfungsi sebagai penghubung lensa objektif dan lensa okuler.
• Lensa Objektif
Berfungsi untuk memperbesar bayangan benda.
• Revolver
Berfungsi untuk memilih lensa objektif yang akan digunakan untuk mengamati benda.
• Meja Objektif
Berfungsi untuk meletakkan preparat.
• Penjepit
Berfungsi menjepit preparat agar tidak mudah bergeser.
• Pengatur Preparat
Bagian alat yang berfungsi untuk memposisikan preparat dengan baik, melalui gerakan ke kanan dan ke kiri maupun depan dan belakang.
• Pengatur Lensa
Berfungsi untuk memfokuskan bayangan benda dengan cepat.
• Kondensor
Berfungsi sebagai pengumpul cahaya.
• Diafragma
Berfungsi untuk mengatur banyak sediktnya cahaya yang masuk.
• Pengatur Halus
Berfungsi memfokuskan bayangan benda secara halus dan perlahan.
• Pengatur Kasar
Berfungsi memfokuskan bayangan benda secara cepat.
• Lampu
Berfungsi sebagai sumber cahaya.
• Kaki Mikroskop
Sebagai tempat berdirinya mikroskop.
• Tombol on/off
Berfungsi sebagai saklar untuk mematikan dan menyalakan lampu
• Pengatur Lampu
Berfungsi untuk mengatur kuat lemahnya cahaya.
3. METODOLOGI
3.1 Alat dan Fungsi
Alat yang digunakan dalam praktikum tentang penggunaan mikroskop ini adalah:
• Mikroskop :Untuk mengamati objek dan gerakan yang sangat halus dan tidak terlihat dengan mata telanjang.
• Object Glass : Untuk meletakkan objek(kertas) yang akan diamati.
• Cover Glass : Untuk menutup object yang akan diamati.
• Beaker Glass : Sebagai wadah larutan yang akan digunakan.
• Gunting : Untuk memotong objek yang akan digunakan(huruf-huruf kecil pada kertas koran).
• Pinset : Untuk mengambil potongan objek yang akan digunakan (kertas koran).
• Pipet Tetes : Untuk mengambil larutan dengan skala kecil.
• Nampan : sebaagai wadah alat dan bahan.
• Washing bottle : sebagai wadah aquades.
3.2 Bahan dan Fungsi
Bahan yang digunakan dalam praktikum tentang penggunaan mikroskop ini adalah:
• Tissue :Untuk membersihkan dan alat-alat praktikum.
• Potongan kertas Koran :Sebagai bahan yang akan diamati.
• Aquades :Untuk memperjelas bayangan objek (kertas koran).
3.3 Skema Kerja
3.3.1 Pembuatan Preparat
Disiapkan Kertas Koran
Dipotong/digunting huruf “P”
Diletakkan di objek glass
Ditetesi dengan aquades
Ditutup dengan cover glass dengan sudut 450
Diamati di mikroskop dengan perbesaran 4x
Hasil
3.3.2 Pengamatan Mikroskop
Disiapkan Mikroskop
Dihubungkan kabel mikroskop ke listrik
Dinyalakan saklar mikroskop
Diletakkan di meja preparat
Diatur fokusnya
Diamati dengan perbesaran 4x
Hasil
4. PEMBAHASAN
4.1 Analisa Prosedur
Pertama-tama alat dan bahan disiapkan. Alatnya terdiri dari mikroskop binokuler untuk mengamati potongan kertas koran. Objek glass untuk meletakkan potongan kertas koran. Cover glass untuk menutup potongan kertas koran. Gunting untuk memotong kertas koran. Pinset untuk mengambil kertas koran. Pipet tetes untuk mengambil larutan dalam skala kecil. Nampan untuk tempat alat dan bahan. Washing bottle untuk wadah aquades. Sedangkan bahan2 bahan yang di perlukan untuk praktikum kali ini diantaranya adalah potongan kertas koran sebagai objek yang akan diamati. Tissue untuk membersihkan alat-alat yang kotor. Aquades sebagai larutan yang akan memperjelas objek (kertas koran).
Langkah selanjutnya yaitu, mikroskop yang akan digunakan dipastikan dapat digunakan dengan baik. Kemudian kertas koran disiapkan lalu potong huruf yang diinginkan (P) sekecil mungkin namun pastikan masih bisa dibaca. Setelah itu objek tadi (kertas koran) diletakkan pada objek glass dengan kemiringan 450. Kemudian huruf “P” diamati dengan mikroskop dengan menggunakan perbesaran 4x. Kemudian akan diperoleh hasil.
Pengamatan mikroskop dilakukan dengan cara berikut yang pertama disiapkan mikroskop, kemudian kabel mikroskop dihubungkan ke listrik, lalu saklar mikroskop dinyalakan. Preparat diletakkan di meja preparat, diatur fokusnya lalu diamati dengan perbesaran 4x. kemudian akan diperoleh hasil.
Setelah semua hasil diperoleh dan praktikum selesai, Mikroskop disimpan kembali, alat dan bahan dibersihkan dan dikembalikan ke tempatnya semula.
4.2 Analisa Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengamatan mikroskop ini, dapat diketahui beberapa hasil diantaranya yang pertama kita sebagai praktikan menjadi tahu cara mengoperasikan mikroskop binokuler dengan baik dan benar. Dan berdasarkan pengamatan dengan melakukan uji coba menggunakan potongan huruf dari koran yang dipotong sedemikian kecil, didapatkan hasil yaitu huruf yang tadinya sebelum diteliti menggunakan mikroskop berbentuk “P” yang sangat kecil. Namun setelah diteliti lebih lanjut pada mikroskop ternyata bayangan yang didapatkan adalah lebih besar dari semula, dan huruf tersebut dalam keadaan terbalik,seperti yang akan dijelaskan pada gambar berikut ini:
Sebelum Sesudah
Setelah melihat kedua gambar diatas, dapat ditarik kesimpulan mengenai mikroskop yaitu tentang sifat bayangan yang dibentuk. Sifat ini daintaranya bayangan benda atau objek yang dilihat atau diteliti dengan mikroskop akan bersifat maya, terbalik dan diperbesar. Maya dalam artiana bayangan yang terbentuk akan bersifat semu atau tidak nyata. Terbalik dalam artian, bayangan atau objek yang terbentuk kebalikan dari objek atau posisi benda pada mulanya. Jika objeknya pada saat itu diamati dengan menggunakan mikroskop. Maka apabila dicoba menggeser preparat ke kanan, maka di lensa mikroskop bayangan akan tergeser ke sebelah kiri atau kebalikan dari awalnya. Sedangkan yang dimaksud diperbesar disini adalah bayangan yang terbentuk pada mikroskop akan lebih besar daripada keadaan benda pada awalnya. Jadi intinya dari hasil penelitian kali ini kita dapat mengetahui sifat dari bayangan mikroskop yaitu maya, terbalik dan diperbesar.
4.3 Data Pengamatan
Dari praktikum mengenai mikroskop ini didapat data hasil pengamatan yaitu pernyataan bahwa pada mikroskop sifat bayangan yang terbentuk adalah maya, terbalik dan diperbesar. Sesuai dengan percobaan yang telah dilakukan sebelumnya dengan menggunakan objek berbentuk huruf “P”. dan diamati dengan perbesaran 4x, maka akan diperoleh hasil seperti di bawah ini:
Sebelum Sesudah
Selain dari data diatas, terdapat juga data tentang mikroskop dan bagian-bagian penyusunnya:
Adapun fungsi-fungsinya antara lain:
Lensa Okuler
Berfungsi untuk memperbesar bayangan benda yang diteruskan oleh lensa objektif dan lensa okuler
Tabung Mikroskop
Berfungsi sebagai penghubung lensa objektif dan lensa okuler.
Lensa Objektif
Berfungsi untuk memperbesar bayangan benda.
Revolver
Berfungsi untuk memilih lensa objektif yang akan digunakan untuk mengamati benda.
Meja Objektif
Berfungsi untuk meletakkan preparat.
Penjepit
Berfungsi menjepit preparat agar tidak mudah bergeser.
Pengatur Preparat
Bagian alat yang berfungsi untuk memposisikan preparat dengan baik, melalui gerakan ke kanan dan ke kiri maupun depan dan belakang.
Pengatur Lensa
Berfungsi untuk memfokuskan bayangan benda dengan cepat.
Kondensor
Berfungsi sebagai pengumpul cahaya.
Diafragma
Berfungsi untuk mengatur banyak sediktnya cahaya yang masuk.
Pengatur Halus
Berfungsi memfokuskan bayangan benda secara halus dan perlahan.
Pengatur Kasar
Berfungsi memfokuskan bayangan benda secara cepat.
Lampu
Berfungsi sebagai sumber cahaya.
Kaki Mikroskop
Sebagai tempat berdirinya mikroskop.
Tombol on/off
Berfungsi sebagai saklar untuk mematikan dan menyalakan lampu.
Pengatur Lampu
Berfungsi untuk mengatur kuat lemahnya cahaya.
Demikianlah data hasil pengamatan yang diperoleh dari praktikum tentang penggunaan mikroskop. Yang pertama data mengenai sifat bayangan yaitu maya, terbalik, dan diperbesar. Yang kedua data mengenai bagian-bagian mikroskop setelah dibandingkan dengan literatur.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan mengenai Mikroskop dapat disimpulkan bahwa:
• Mikroskop adalah suatu alat yang digunakan untuk mengamati objek dan
gerakan yang sangat halus yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang.
• Berdasarkan lensanya mikroskop dibagi menjadi 2 macam yaitu mikroskop monokuler (mikroskop yang memiliki satu lensa okuler) dan mikroskop binokuler (mikroskop yang memiliki 2 lensa okuler).
• Sifat bayangan yang terbentuk pada mikroskop yaitu maya, terbalik dan
diperbesar.
5.2 Saran
Pada praktikum biologi dasar tentang mikroskop ini, dapat kami sarankan beberapa hal diantaranya:
Alat-alat yang diperiapkan sebelum praktikum hendaknya lebih lengkap, tidak hanya pada 1 meja induk, namun pada tiap-tiap meja kelompok.
Waktu yang disiapkan untuk praktikum hendaknya lebih lama sehingga siswa tidak terburu-buru dan dapat memahami materi praktikum dengan baik.
Dalam pengerjaan laporan sebaiknya diberi waktu yang lebih lama karena
tugas juga menumpuk dari berbagai macam mata kuliah yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hendro,2009. Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop. http://www.scribd.com/ . diakses pada 28 September 2011 pukul 14:25 WIB
Kamajaya,1996. Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop. http://annisanfushie.wordpress.com/, diakses 30 September 2011 pukul 14:47 WIB
Mirafasasmita,1986. Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop. http://annisanfushie.wordpress.com/, diakses pada 30 September 2011 pukul 14:47 WIB
Purba,1999. Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop http://annisanfushie.wordpress.com/, diakses pada 30 September 2011 pukul 14:45 WIB
Smith,Ella Thea,2011. Exploring Biology. Harcort, Brate & World. Inc ; New York.
Suemarwoto,Idjah.1980. Biologi Umum II. PT. Gramedia ; Jakarta.
Supiamono,2005. Mikroskop. http://zaifbio.wordpress.com/ ,diakses pada 30 September 2011 pukul 14:29 WIB
Volk,dkk,1998. Mikroskop. http://zaifbio.wordpress.com/, diakses pada 30 September 2011 pukul 14:29 WIB
Wildan,2003.Mikroskop http://zaifbio.wordpress.com/, diakses pada 30 September 201 pukul 14:31 WIB
Yekti,1994. Pengenalan dan Penggunaan Mikroskop. http://annisanfushie.wordpress.com/, diakses pada 30 September 2011 pukul 14:49 WIB
S E L
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam organisme hidup, sel adalah unit dasar struktur, seperti atom adalah unit dasar dari struktur kimia. Meskipun tidak mungkin untuk menggambarkan semua jenis sel dalam sebuah pernyataan tunggal, sel dapat di definisikan sebagai massa terbatas protoplasma, inti dan membentuk sebuah membran plasma biasanya tertutup oleh lapisan tak hidup. Tentu saja pernyataan ini berlaku untuk semua sel dalam bagian mereka. Protoplasma menurut Huxley disebut sebagai “dasar fisik kehidupan”, adalah substansi yang kompleks (Willis,et all).
Dasar unit hidup tubuh adalah sel, dan tiap-tiap organ sebenarnya merupakan kumpulan banyak sel yang tidak sama, yang bersama-sama digabungkan oleh struktur penyongkong intersel. Tiap-tiap jenis sel secara khusus beradaptasi untuk melakukan satu fungsi tertetu. Misalnya, sel darah merah seluruhnya berjumlah dua puluh lima triliun, mentransport oksigen dari paru-paru ke jaringan. Walaupun jenis sel ini mungkin paling banyak dalam tubuh, kira-kira terdapat 50 triliunsel-sel lain, seluruh tubuh, kira-kira mengandung 75 triliun sel (Arthur C).
Dalam jenjang organisasi biologis, sel merupakan kumpulan materi paling sederhana yang dapat hidup. Bahkan terdapat beraneka ragam bentuk kehidupan yang hadir sebagi organisme bersel tunggal. Organisme yang lebih kompleks, termasuk tumbuhan dan hewan, bersifat multiseluler. Tubuh organisme semacam itu merupakan hasil kerjasama antara banyak jenis sel yang terspesialisasi yang tidak dapat bertahan hidup (survive,sintas) dalam waktu secara sendirian (Campbell,et all).
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum tentang sel hewan, sel tumbuhan dan benda kecil lainnya adalah untuk mengetahui bahwa di dalm tubuh mahkluk hidup terdapat satuan unit terkecil penyusun mahkluk hidup yang disebut sel.
Tujuan dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui struktur, perbedaan dan fungsi masing-masing sel hewan dan tumbuhan.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum biologi dasar tentang sel tumbuhan, sel hewan dan benda-benda kecil lainnya ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggl 02 okotober 2010 pada pukul 13.00 – 14.30 wib. Dan bertempat di laboratorium IIP (Ilmu-ilmu Perairan) Fakultas Peerikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sel
Sel adalah segumpal protoplasma yang berinti, sebagai individu yang berfungsi menyelenggarakan seluruh aktivitas untuk kebutuhan hidupnya. Sel itu setelah tumbuh dan berdeferensiasi, akan berubah bentuknya sesuai dengan fungsinya, ada yang menjadi epidermis berfungsi untuk melindungi sel-sel sebelah dalamnya, ada yang menjadi tempat penyedian makanan dan lain-lain (Yekti,1994).
Demikianlah “sel” yang mula-mula dipakai untuk ruang kosong kemudian berarti suatu satuan benda hidup. “Hewan kecil” Van Leuwenhoek dianggap sebagai suatu tingkatan organel sel yang paling sederhana, ialah sel tunggal. Organisme lainnya dapat dipandang sebgai agregasi sel-sel (Soemarwoto,et all).
Dasar unit hidup tubuh sel dan tiap-tiap organ sebenarnya merupakan kumpulan banyak sel yang tidak sama, yang bersama-sama dihubungkan oleh struktur penyongkong intersel. Tiap-tiap jenis sel secara khusus beradaptasi untuk melakukan satu fungsi tertentu (Guyton,2011).
2.2 Sejarah penemuan sel
Pada tahun 1665, Robert Hoke mengamati sayatan gabus dari batang Quercus Suber menggunakan mikroskop. Ia menemukan adanya ruang-ruang kosong yang dibatasi dinding tebal dalam pengamatannya. Robert Hoke menyebut ruang-ruang kosong tersebut dengan istilah cellulae artinya sel. Sel yang ditemukan Robert Hoke merupakan sel-sel gabus yang telah mati (
Dalam abad ke-16, penyelidikan mengenai struktur tubuh manusia melalui penguraian, yaitu penyelidikan yang kita sebut anatomi manusia telah mencapai batas penelitian makroskopik. Tahun 1543, Andreas Vasalius Cahli (ahli anatomi bangsa Vlaam, 1514-1564) menerbitkan karyanya yang sangat penting, yaitu De Humani Corporis Fabrica (Perihal Struktur Tubuh Manusia). Pada waktu itu banyak orang yang beranggapan bahwa studi anatomi manusia berakhir dengan terbitnya karya Vassilus ini (Soemarwoto,et all).
Robert Hoke menggunakan mikroskopnya untuk melihat segala macam benda-benda kecil. Suatu hari dia melihat sepotong gabus. Dia bertanya-tanya apa yang akan terlihat jika gabus tersebut diamati dengan mikroskop. Dia memotong setipis mungkin gabus tersebut. Dia takjub karena itu penuh dengan lubang. Dan dia mencoba mengiris kembali. Setiap iris tampak seperti baris tersusun rapi pada setiap lubang dari gabus tersebut (Smith,2011).
2.3 Bentuk-bentuk sel dan contohnya
NO Bentuk Contoh Gambar Literatur
1.
Pipih
Sel Pipih
2
.
Panjang
Sel Otot
3.
Bikonkaf
Sel Darah Merah
4.
Memanjang
Sel Trakeid
(www.google.images2011)
2.4 Bagian-bagian sel dan fungsinya
Berikut ini adalah bagian-bagian sel beserta fungsinya, antara lain:
• Dinding Sel : untuk memberi bentuk sel
• Membran Plasma : menyelenggarakan transportasi zat dari sel ke sel
• Kloroplas : untuk fotosintesis
• Mitokondria : tempat berlangsungnya respirasi sel,
transpor elektron
• Lisosom : mencerna bahan dari luar dan menghancurkan
organel rusak
• Badan golgi : sebagai tempat sekresi & modifikasi protein
• RE halus : tempat menampung hasil sintesis lemak
• RE kasar : tempat menampung hasil sintesis protein
• Nukleus : mengontrol semua aktivitas sel
• Plastida : penghasil warna pada tumbuhan,
menyimpan cadangan makanan.
• Sentriol : berperan dalam pembelahan sel.
• Ribosom : tempat terjadinya sintesis protein
• Skeleton : untuk mempertahankan sel
• Vakuola : sebagai tempat cadangan makanan
2.5 Bagian Mikroskop Dan Fungsinya
Aspek Pembedan Sel Hewan Sel Tumbuhan
Dinding Sel -
Plastida -
Bentuk Tidak tetap Tetap
Mitokondria Banyak Sedikit
Vakuola Banyak,berukuran kecil Sedikit,berukuran besar
Badan Golgi Sedikit Banyak
Sentid dan Sentrosom Jelas Sedikit
Lisosom -
Sel Tumbuhan Sel Hewan
(www.google.images2011)
3. METODOLOGI
3.1 Alat dan Fungsi
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
• Mikroskop binokuler : untuk mengamati objek
• Objek glass : sebagai tempat objek yang akan kita
amati.
• Cover glass : untuk menutup benda pada objek glass.
• Beaker glass : untuk tempat air.
• Silet : untuk menyayat benda yang akan kita
amati.
• Pinset : untuk mengambil benda yang berukuran
kecil.
• Silet : unuk mengupas ketela pohon
• Washing bottle : sebagai wadah aquades
3.2 Bahan dan Fungsii berikut :
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
• Ketela pohon : sebagai bahan yang diamati..
• Paramaecium : sebagai bahan yang diamati.
• Batang korek api : sebagai bahan untuk mengorek sel
pipi pada manusia.
• Aquadest : konfiksasi objek.
• Daun hydrylla : sebagai bahan yang diamati.
• Aquades : untuk memperjelas daun hydrilla.
• Larutan Y-KY : untuk memperjelas objek yang
diamati (ketela pohon)
• Lugol : untuk memperjelas objek yang
diamati (paramecium)
• Larutan biru methilene : untuk memperjelas objek yang
diamati(ephitelium squamosum pipi)
• Tissue : untuk membersihkan alat
praktikum.
3.3 Skema Kerja
a. Ketela pohon
Mikroskop
Disiapkan
Diambil setripis mungkin kulit umbi bawang merah
dengan menggunakan silet
Direntangkan hasil sayatan ketela pohon di atas objek glasss
Ditetesi dengan 1-2 tetes air
Ditutup dengan cover glass dengan kemiringan 450
Diamati dengan perbesaran 400x
Dicatat dan digambar
Hasil
b. Daun Hydrilla
Mikroskop
Disiapkan
Diambil sehelai daun hydrilla
Direntangkan hasil sayatan kulit umbi bawang merah di atas objek glasss
Ditetesi dengan 1-2 tetes air
Ditutup dengan cover glass dengan kemiringan 450
Diamati dengan perbesaran 400x
Dicatat dan digambar
Hasil
c. Ketela Pohon
Mikroskop
Disiapkan
Diambil ketela pohon dengan jarum pentul
Ditebar ketela pohon di atas objek glasss
Ditetesi dengan larutan Y-KY
Ditutup dengan cover glass dengan kemiringan 450
Diamati dengan perbesaran 400x
Dicatat dan digambar
Hasil
d. Ephitelium Squamosum pipi
Mikroskop
Disiapkan
Diambil dengan menggunakan batang korek api
pada bagian dalam Epjitelium pipi
Dioleskan di gelas objek
Dityetesi dengan 1-2 tetes larutan methilene blue
Ditutup dengan cover glass dengan kemiringan 450
Diamati dengan perbesaran 400x
Dicatat dan digambar
Hasil
4. PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
Dalam praktikum ini terdapat data dari hasil pengamatan tentang pengamatan struktur Umbi bawang merah, daun hydrilla, ketela pohon, Paramaecium, dan ephitelium squomassum pipi
No Nama Sel Bahan Gambar
1 Sel Umbi Bawang Merah
2 Sel Hydrilla
3 Sel Ketela Pohon
4 Sel Paramaecium
5 Sel Epitelium pipi
4.2 Analisa Prosedur
Pertama disiapkan alat dan bahan yaitu mikroskop binokuler, objek glass, cover glass, beaker glass, silet, pinset, ketela pohon, paramaecium, batang korek api, larutan Y-KY, daun hydrilla, Sel Epitelium pipi, aquadest.
• Ketela pohon
Diambil denagn setipis mungkin dari ketela pohon dengan menggunakan silet, diletakkan hasil sayatan tersebut pada objek glass dan ditetesi dengan 1-2 tetes aquadest, kemudian ditutup dengan cover glass dengan kemiringan 450 untuk menghindari terjadinya gelembung udara, setelah itu diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x, catat dan digambar hasilnya.
• 4.2.2 Daun hydrilla,
Mengambil sehelai daun hydrilla dan meletakkannya dengan posisi terbaring pada objek glass dan ditetesi dengan 1-2 tetes air, kemudian ditutup dengan cover glass dengan kemiringan 450 untuk menghindari terjadinya gelembung udara, setelah itu diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x, catat dan digambar hasilnya.
• 4.2.3 Paramecium
Mengambil kultur air jerami dengan bantuan pipet tetes, kemudian teteskan kultur tersebut pada objek glass, kemudian ditutup dengan cover glass dengan kemiringan 450 untuk menghindari terjadinya gelembung udara, setelah itu diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x, catat dan digambar hasilnya.
• 4.2.4 Ephitelium squamasum pipi
Menggunakan korek api untuk mengambil sel Ephitelium squamasum pipi bagian dalam manusia setelah itu dioleskan pada gelas objek dan ditetesi dengan larutan metheline blue sebanyak 1-2 tetes untuk memperjelas bayangan, kemudian ditutup dengan cover glass dengan kemiringan 450 untuk menghindari terjadinya gelembung udara, setelah itu diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 400x, catat dan digambar hasilnya.
4.3 Analisa Hasil
Dari pengamatan yang dilakukan dengan prosedur yang benar didapatkan hasil pengamatan tentang struktur sel pada, bawang merah, ketela pohon, paramaecium, ddaun hydrilla dan ephitelium sel pipi.
• Ketela pohon memiliki bentuk sel seperti segienam yang rapat.
• Sel paramaecium berbentuk seperti seperti sandal jepit lingkaran rapat.
• Sel ephitelium pipi berbentuk seperti persegi panjang atau lonjong berbintik.
• Sel hydrilla berbentuk seperti persegi panjang bertumpuk-tumpuk.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik kesimpulan antara lain:
• Sel adalah satuan struktural terkecil dalam makhluk hidup.
• Antara sel hewan dan sel tumbuhan memiliki banyak perbedaan, diantaranya sel hewan tidak memiliki dinding sel sedangkan sel tumbuhan memiliki dinding sel.
• Bentuk sel ada yang memanjang, sangat panjang, pipih, bulat, bikonkaf.
• Hasil pengamatan antara lain :
- Ketela pohon memiliki bentuk sel seperti segienam yang rapat.
- Sel paramaecium berbentuk seperti seperti sandal jepit lingkaran rapat.
- Sel ephitelium pipi berbentuk seperti persegi panjang atau lonjong berbintik.
- Sel hydrilla berbentuk seperti persegi panjang bertumpuk-tumpuk.
5.2 Saran
Mahasiswa diharapkan telah mempelajari materi biologi dasar tentang sel, struktur sel dan fungsi-fungsi sel agar mahasiswa dapat lebih memahami saat diadakannya praktikumbiologi dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Bastern, Ruth dan Stephen,2003.Schaum Solved Problem Series 3000 solved
Problem in Biology Boulder ; Mc Graw.Hill Book Company.
Campbell, et all,2011.Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1,Jakarta;Erlangga.
Google Images.2011. http://www.google.com/image/ ,diakses 30 september 2011 pukul 17.13 WIB
Guyton,Arthur C,2011.Buku Teks Fisiologi Kedokteran.
Johnson, et all,2011.General Biology Revised Edition.NewYork;Wabash College.
Soemarwoto, et all.2011.Pedoman Praktikum Biologi Umum 1.Surabaya;
D Jembatan.
Yekti,1994. Pengenalan dan Penggunaan mikroskop dan sel-sel penyusun jaringan tumbuhan http://annisanfushie.wordpress.com, diakses tanggal 30 September 2011 pukul 14.49 WIB.
Sejarah penemuan sel. http://www.sentra-edukasi.com ,diakses 30 September 2011 pukul 14.56 WIB
SISTEMATIKA, ANATOMI, FISIOLOGI DAN MORFOLOGI IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan nila berasal dari Benua Afrika, namun sekarang telah menyebar dan berkembang secara alamiah di berbagai belahan dunia dan diintroduksikan secara legal untuk kepentingan masing-masing negara (Djarijah, 2002).
Ikan nila merupakan komoditas penting perikanan budidaya air tawar di Indonesia. Ikan ini tidak hanya disenangi karena rasa dagingnya yang khas, tetapi juga karena laju pertumbuhan dan perkembangbiakannya yang cepat. Karenanya, di kalangan peternak ikan, ikan nila menjadi andalan dalam mencetak rupiah (Amri et all, 2008).
Oleh karena itu, berbagai upaya yang bertujuan menyebarluaskan dan memanfaatkan berbagai jenis nila baru yang lebih produktif tetap gencar dilakukan oleh para peneliti ikan sampai saat ini (Amri et all, 2008).
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dilaksanakannya praktikum tentang sistematika, anatomi, fisiologi dan morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah agar praktikan dapat mengetahui dan memahami sistematika, anatomi, dan morfologi ikan nila dengan baik.
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui sistematika, anatomi, dan morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan baik serta untuk lebih memahami bagaimana penggunaan mikroskop dengan baik.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 5 Oktober 2011 pukul 10.40-12.20 WIB. Dan bertempat di Laboratorium Ilmu-Ilmu Perairan (IIP) gedung C lantai 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Ikan Nila
Ikan nila merupakan ikan konsumasi air tawar dengan bentuk tubuh memanjang dan ke samping, dengan warna sisik putih kehitaman. Ikan nila berasal dari Sungai Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang, ikan nila telah menyebar ke lima benua yang memiliki iklim tropis dan subtropis. Nama ilmiah ikan nila adalah Oreochromis nilotocus dan dalam bahasa inggris dikenal sebagai Nile Tilapia (Daniswara, 2011).
Ikan nila termasuk jenis ikan yang mengalami perubahan genetik ataupun fenotip. Beberapa jenis ikan nila yang tersebar dan berkembang di Afrika adalah mujair (Tilapia mosambika), nila hitam (tilapia nilotica), dan masih banyak lagi (Djarijah, 2004).
2.2 Klasifikasi Ikan Nila
(Google image, 2011)
Menurut Amri et all, 2008, klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Acanthopterigri
Suku : Cichildae
Marga : Oreochromis
Spesies : Oreochromis sp.
Menurut Taksonomi, 1995, klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas (class) : Actinopterygri
Ordo : Peraformes
Familia : Cichildae
Genus : Oreochromis
Species : Oreochromis sp., Oreochromis niloticus
2.3 Morfologi Ikan Nila
Ikan nila mempunyai ciri fisik badan dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 2 banding 1. Sirip punggung dengan 16-17 duri tajam dan 11-15 duri lunak dan dubur dengan 3 duri dan 8-11 jari-jari. Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan ddengan beberapa pita hitam belang yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris-garis tegak, 7-12 sirip punggung denga warna kemerahan atau kekuningan saat musim berbiak (Daniswara, 2011).
Secara umum tubuh ikan nila memanjang dan ramping dengan sisik berukuran besar. Matanya besar, menonjol, dan bagian tepinya berwarna putih. Gurat sisi terputus di bagian tengah badan kemudian berlanjut, tetapiletaknya lebih ke bawah daripada letak garis memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik gurat sisi berjumlah 34 buah. Setiap punggung, sirip perut, sirip dubur mempunyai jari-jari lemah tetapi tajam seperti duri. Sirip punggung berwarna hitam, dan sirip dada tampak hitam.mbagian sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam (Amri et all, 2008).
2.4 Anatomi Ikan Nila
Menurut Ainun Nimah, 2009, ada 10 sistem anatomi pada ikan nila, yaitu :
1. Sistem penutup (kulit) : antara lain sisik, kelenjar racun, kelenjar lendir, dan sumber- sumber pewarnaan.
2. Sistem otot (urat daging) : penggerak tubuh, sirip-sirip, insang, dan organ listrik.
3. Sistem rangka(tulang) : tempat melekatnya otot, pelindung organ-organ dan tulang rusuk pelindung tulang tengkorak, tulang rusuk,tulang punggung, vsceral (tulang penyokong insang, appendicular (tulang penyokong sirip), tulang-tulang penutup insang (operculum, sub operculum, pre operculum, dan interculum).
4. Sistem pernafasan (respirasi) : ikan nila mengambil O2 dari perairan yang dibutuhkan untuk proses metabolisme. Organ-organ tersebut terdiri dari tulang lengkung insang, tulang tipis insang, dan insang.
5. Sistem peredaran darah : organnya adalah jantung, dan sel-sel darah yang berfungsi (sirkulasi) menedarkan O2, nutrisi, dll.
6. Sistem pencernaan : organ-organ sauran pencernaan dar arah depan atau interior ke arah belakang berturut-turut adalah mulut, esofagus, lambung, usus pilorus, dan pilotik seika, dan organ-organ tambahan seperti kelenjar kelenjar empedu dan kelenjar pankreas.
7. Sistem saraf : organnya otak dan saraf tepi.
8. Sistem hormon : hormon dihasilkan oleh kelenjar hormon, hormon pertumbuhan, hrmon reproduksi, hormon ekskresi, osmoregulasi.
9. Sistem ekskresi dan osmoregulasi: organnya terutama ginjal.
10.Sistem reproduksi : organ-organ reproduksi meliputi organ kelamin (gonad) yang menghasilkan sel-sel kelamin (gamet). Gonad jantan menghasilkan spermatozoa melalui sepasang testis kiri dan kanan. Sedangkan gonad betina menghasilkan sel telur melalui ovarium.
Ada 10 sistem ikan anatomi ikan nila menurut Sinaga, 2011, yaitu :
1. Sistem penutup tubuh (kulit) : antara lain sisik, kelenjar racun, kelenjar lendir, dan sumber-sumber pewarnaan.
2. Sistem otot : penggerak tubuh, sirip-sirip, insang, dan organ listrik.
3. Sistem rangka (tulang) :tempat melekatnya otot, pelindung organ-organ dalam, dan penegak tubuh.
4. Sistem pernafasan : insang dan organ-organ tambahan.
5. Sistem peredaran darah : jantung dan sel-sel darah, mengedarkan O2, nutrisi, dsb.
6. Sistem encernaan : organnya dari mulut hingga anus.
7. Sistem saraf : orannya otak dan saraf-saraf tepi.
8. Sistem hormon : kelenjar-kelenjar hormone untuk pertumbuhan, reproduksi dsb.
9. Sistem ekskresi dan osmoregulasi : organ terutama ginjal.
10.Sistem reproduksi dan embriologi : organ gonad jantan dan betina.
2.5 Sistem Pencernaan
Saluran pencernaan pada ikan nila dimulai dari rongga mulut. Di dalam rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut pada geraham bawah dan lidah pada dasra mulut yang tidak dapat digerakkan dan meghasilkan lendir. Dari rongga mulut masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di sekitar insang. Dari esofagus di dorong ke lambung. Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus bermuara di anus (Maritani, 2011).
Pencernaan pada ikan nila berlangsung secara fisik dan kimia. Pencernaan secara fisik di mulai dari bagian rongga mulut yaitu dengan berperannya gigi dalam proses pemotongan dan penggerusan makanan. Pencernaan mekanik ini juga berlangsung di segmen lambung dan usus-usus melalui gerak-gerak (kontraksi) otot pada segmen tersebut. Pencernaan mekanik di lambung dan usus terjadi secara lebih efktif karena adanya peran cairan “digestif” (Daniswara, 2011).
2.6 Sistem Ekskresi dan Reproduksi
Ikan memiliki sistem ekskresi berupa ginja dan lubang pengeluaran yang disebut lubang urogenital yaitu lubang tempat bermuaranya saluran ginjal dan yang berada tepat di belakang anus (Ainun, 2009).
Sistem reproduksi ikan nila adalah sistem untuk mempertahankan spesies dengan menghasilkan keturunan yang fertil. Organ reproduksinya meliputi organ kelamin (gonad)menghasilkan sel kelamin (gamet) yaitu spermatozoa (gonad jantan) dan sel telur (gonad betina)(Ainun, 2009).
2.7 Jenis, Bagian dan Fungsi Sisik
Jenis-jenis sisik ikan :
(Google image, 2011)
(Google image, 2011)
(Google image, 2011)
(Google image, 2011)
Bagian-bagian sisik ikan :
(Google image, 2011)
2.8 Jenis, Bagian dan Fungsi Ekor
(Google image, 2011)
(Google image, 2011)
3. METODOLOGI
3.1 Alat dan Fungsi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
Mikroskop : untuk mengamati sisik ikan nila
Sectio set : untuk membedah tubuh ikan nila
Baki : sebagai wadah mletakkan ikan nila yang akan diamati
Objek glass : untuk meletakkan sisik ikan nila yang akan diamati
Cover glass : untuk menutup sisik ikan nila yang sudah ditetesi aquades
Pinset : untuk mengambil sisik ikan nila
Jaring : untuk menangkap ikan nila dari aquarium
3.2 Bahan dan Fungsi
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adala :
Ikan nila : sebagai obyek yang akan diamati
Aquades : untuk memperjelas sisik ikan nila saat diamati dengam mikroskop
Tissue : untuk membersihkan alat
3.3 Skema Kerja
a. Pengamatan alat pencernaan dan sekresi ikan nila
b. Pengamatan sisik ikan nila
c. Pengamaan insang
4. PEMBAHASAN
4.1 Data dan Hasil Pengamatan
4.2 Analisa Prosedur
Langkah awal dalam praktikum biologi dasar tentang sistematika, anatomi, dan morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah menyiapkan alat dan bahan. Alat-alat yang digunakan antara lain jaring, kain lap kering, pinset, sectio set, nampan, mikroskop, washing bottle, objek glass, dan cover glass. Sedangkan bahan yang digunkan adalah ikan nila, aquades, dan tisu.
Pertama, ikan nila dijaring dalam aquarium, kemudian diletakkan pada nampan yang telah dilapisi kain lap kering. Setelah itu, ikan diusuk kepalanya tepet pada medula oblongatanya dengan penusuk agar ikan mati. Setelah itu, tubuh ikan nila diamati dan digambar. Kemudian, tubuh ikan dibuka secara melintng dengan gunting mulai dari perut hingga anus. Lalu, diamati dan digambar bagian sekresi dan pencernaan ikan nila.
Kedua adalah pengamatan sisik ikan nila. Sisik ikan nila diabil menggunakan pinset dan diletakkan pada obyek glass, lalu ditetesi dengan aquades sebanyak 2 tetes dengan enggunakan pipet tetes. Setelah itu, ditutup dengan covre glass dengan kemiringan 450. Kemudian diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 10x. Bayangan diamati dan digambar sebagai hasil.
Ketiga adalah pengamatan insang. Insang diambil dari ikan nila dengan mengguakan pinset dan insang kemudian diamati dan digambar sebagai hasil pengamatan.
4.3 Analisa Hasil
Pada praktikum biologi dasar mengenai sistematika, anatomi, dan morfologi ikan nila diperoleh hasil sebagai berikut : setelah ikan dibedah tampak organ dalam ikan nila seperti insang, hati, usus, lambung, pankreas, dan gelembung renang. Selain organ bagian dalam, juga tampak bagan luar ikan seperti sisik dan sirip.
Pada ika nila terdapat 5 sirip, yakni sirip punggung (dorsal), sirip ekor (caudal), sirip dubur (ventral), sirip dada(pektoran), dan sirip perut (anal). Sedangkan jenis sisik pada ikan nila adalh stenoid. Bentuknya sedikit bergerigi dan fungsinya adalah untuk mengklasifikasikan jenis ikan, mengidentifikasi umur, dan mengidentifikasi habitat.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah :
• Ikan nila mempunyai nama ilmiah Oreochromis niloticus.
• Ciri-ciri ikan nila antara lain mempunyai tubuh memanjang dan ramping, tubuh berwarna kehitaman atau abu-abu dengan beberapa pita hitam yang makin mengabur pada ikan dewasa.
• Jenis sisik ikan nila adalah stenoid.
• Jenis ekor (caudal) pada ikan nila adalah emarginate.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan tentang praktikum ini adalah:
• Pada saat praktikum sebaiknya semua praktikan berhati-hati dalm melakukan praktikum demi keselamata diri sendiri dan orang lain.
• Waktu harus diperhatikan dalam setiap melakukan praktikum.
• Sebaiknya asisren praktikum memberikan saran atau masukan kepada praktikan bagaiman caranya agar laporan dapat sesui dengan apa yang dikehendaki asisten.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Ir. Khairul, M.Si dan Khairuman, A,Md. 2008. Budidaya Nila Secara Intensif. Jakarta; PT. Agromedia Pustaka
Djarijah, Ir. Abbas Siregar. 2002. Budidaya Ikan Nila Gift Secara Intensif. Yogyakarta; Kanikus
Google Images. 2011. http://goole/image.com. diakses 9 Oktober 2011 pukul 09.20 WIB
Maryami, Fitri. 2011. http://ensiklofauna.net46. Diakses 11 Oktober 2011 pukul 09.33 WIB
Nimah, Ainun. 2009. Anatomi Ikan Nila. http://daniswara.wordpress.com. Diakses 8 Oktober 2011 pukul 23.32 WIB
Nimah, Ainun. 2009. Sistem Ekskresi dan Reproduksi Ikan Nila. http://daniswara.wordpress.com. . Diakses 8 Oktober 2011 pukul 23.32 WIB
Sinaga, Riri Yulia Valentine. 2011. http://sinagacute.wordpress.com. Diakses 8 Oktober 2011 pukul 09.47 WIB
Taksonmi. 1995. Klasifikasi Ikan Nila. http://daniswara.wordpress.com. . Diakses 8 Oktober 2011 pukul 23.32 WIB
JARINGAN HEWAN DAN TUMBUHAN
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jaringan adalah sekumpulan sel dengan asal-usul, struktur, dan fungsi yang sama. Akan tetapi definisi ini belum tentu sesuai untuk semua hal. Bila berhadapan dengan jaringan tumbuhan tinggi maka diperlukan definisi yang lebih fleksibel. Jaringan terdiri atas sel dengan bentuk yang berlainan dan bahkan juga dengan fungsi yang berbeda, tetapi pada jaringan yang terdiri atas tipe sel berlainan maka komposisi selnya selalu sama (Fahn, 1982).
Bagian-bagian binatang multiseluler terdiri macam-macam sel yang berbeda baik struktur maupun fungsi tersusun dalam golongan atau lapisan disebut jaringan. Ilmu yang mempelajari struktur dan susunan jaringan organ/mikroskopsis anatomi disebut histologi, sedangkan gross anatomi meliputi pernyataan alat-alat dan sistem alat. Sel dalam multiseluler dibagi menjadi sel somatis atau sel badan menyusun tubuh binatang selama hidup dan sel germinavum yang berfungsi dalam reproduksi dan kelanjutan spesies. Jaringan somatic meliputi epithelium, ikat, otot, dan syaraf (Kastowo, 1982).
Jaringan merupakan kelompok sel yang berasal dari pembelahan sel-sel meristem dan telah mengalami pengubahan bentuk yang disesuaikan fungsinya (Crayonpedia, 2010)
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum biologi dasar tentang Jaringan Hewan dan Jaringan Tumbuhan adalah mengamati sel yang menyusun jaringan tubuh hewan dan tumbuhan serta mengetahui perbedaan jaringan hewan dan jaringan tumbuhan.
Tujuan dari praktikum biologi dasar tentang Jaringan Hewan dan Jaringan Tumbuhan adalah mengamati struktur sel yang menyusun jaringan tubuh hewan dan tumbuhan serta mengetahui perbedaan jaringan hewan dan jaringan tumbuhan.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum biologi dasar tentang Jaringan Hewan dan Jaringan Tumbuhan dilaksanakan pada Hari Rabu 5 Oktober 2011 pada pukul 10.40-12.20 WIB yang bertempat di Laboratorium (IIP) Ilmu-Ilmu Perairan Gedung C lantai 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Jaringan
Jaringan dalam biologi adalah kelompok-kelompok sel yang serupa terorganisasi menjadi menjadi lemba-lembar atau berkas-berkas longgar (Fried, 2006).
Jaringan adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Sekumpulan jaringan akan membentuk organ. Cabang ilmu biologi yang mempelajari jaringan adalah histologi. Sedangkan cabang ilmu yang mempelajari jaringan dalam hubungannya dengan penyakit adalah histopatologi (Daniswara, 2009).
2.2 Deferensiasi Jaringan
Jaringan tumbuhan adalah sekumpulan sel-sel tumbuhan yang mempunyai bentuk, asal, fungsi, dan struktur yang sama. Pada jaringan tumbuhan terdiri atas jaringan meristem dan jaringan permanen. Jaringan meristem adalah jaringan yang sel-selnya selalu membelah, sedangkan jaringan permanen adalah jaringan yang tidak sistematis (Daniswara, 2009).
Jaingan hewan adalah sekumpulan sel hewan yang mempunyai struktur, dan fungsi yang sama. Jaringan di dalam tubuh hewan mempunyai sifat yang khusus dalam melakukan fungsinya seperti jaringan otot, jaringan ikat, jaringan syaraf, dan jaringan epitel (Laila, 2004).
2.3 Macam-macam Jaringan Hewan dan Gambar
1. Jaringan Ephitelium
Jaringan ephitelium terdiri atas satu atau banyak lapisan sel yang menutupi permukaan dalam dan luar suatu organ. Secara embriologi jaringan ephitelium berasal dari lapisan eksoderm , mesoderm dan endoderm. Jaringan ephitelium berfungsi untuk melindungi organ tubuh. Berdasarkan strukturnya dibagi menjadi 3, yaitu epitel pipih, epitel batang, dan epitel kubus.
2. Jaringan Ikat
Jaringan ikat berfungsi untuk menunjang tubuh, dibentuk oleh sel dalam jumlah sedikit. Terdiri atas populasi sel yang tersebar di dalam matriks, secara embriologi, jaringan ikat berasal dari lapisan mesoderm. Sel-sel tersebut mensulesir matriks dengan anyaman serat yang tertanam didalamnya.
3. Jaringan Otot
Jaringan otot adalah jaringan yang memiliki fungsi dan tujuan untuk mengikat suatu jaringan dengan jaringan yang lainnya. Secara embriologi jaringan otot dari lapisan mesoderm yang terdiri atas sel-sel yang terbentuk karena adanya molekul miofibri.
4. Jaringan Syaraf
Jaringan syaraf berperan dalam penerimaan rangsangandan penyampaian rangsangan. Secara embriologi, jaringan ini berasal dari lapisan eksoderm. Jaringan ini terdapat pada sistem saraf dan sistem saraf tepi (Daniswara,2009).
Menurut Kimball, 2008 macam-macam jaringan hewan, yaitu
1. Jaringan Epitel
Jaringan epitel dibuat dari sel-sel memadat yang tersusun dalam lapisan pipih. Jaringan ini melapisi berbagai rongga dan tabung pada tubuh. Jaringan ini juga membentuk kulit yang membungkus tubuh.
2. Jaringan Ikat
Jaringan ikat berfungsi untuk mengikat bagian-bagian tubuh. Tendon menghubungkan otot dengan tulang. Matriks pada dasarnya adalah kalogen protein dan seratnya sejajar satu sama lain. Hal ini memberikan kekuatan besar pada jaringan. Akan tetapi tendon tidaklah lentur, ligament mengaitkan satu tulang dengan yang lainnya.selain serat-serat kologen ligament mengandung elastic protein.
3. Jaringan Otot
Pada manusia ada tiga macam jaringan otot, yaitu otot rangka terjadi dari serat-serat panjang yang kontraksinya meninmbulkan (locomotion) dan juga terjadinya macam-macam gerak tubuh lainnya. Otot halus melapisi dinding organ berongga pada tubuh seperti misalnya intertin dan pembuluh darah. Kontraksinya menciutkan ukuran organ-organ tubuh yang berongga. Otot kardiak adalah otot yang membentang jantung.
4. Jaringan Syaraf
Jaringan syaraf terdiri dari neuron, yaitu sel-sel yang khusus untuk menghantarkan impuls saraf elektrokimia. Setiap neuron terdiri atas tubuh sel yang berisikan nucleus dua atau lebih persambungan seperti rambut (Kimball, 2008).
(www.google.images.2011)
2.4 Macam-macam Jaringan Tumbuhan dan Gambar
1. Jaringan Meristem
Jaringan meristem adalah jaringan yang terus membelah yag ditemukan di ujung-ujung akar dan batang yang sedang tumbuh serta di daerah tepi-tepi batang. Jaringan meristem dibagi dua macam:
a. Jaringan Meristem Primer
Contoh: ujung batang dan ujung akar.
b. Jaringan Meristem Sekunder
Jaringan meristem yang berasal dari jaringan dewasa yaitu cambium dan cambium gabus.
(www.google.images.2011)
2. Jaringan Dewasa
Jaringan dewasa adalah jaringan yang mengalami deferensiasi dan tidak merismatik lagi. Ciri-ciri selnya sudah tidak membelah, bentuk tetap, vakuola besar, dinding sel sudah mengalami penebalan. Jaringan dewsa dibagi menjadi enam yaitu:
a. Jaringan Pelindung (Epidermis)
Jaringan pelindung adalah jaringan yang terdapat pada tubuh sebelah luar yang tersusun atas sel-sel hidup berbentuk pipih selapis.
(google.images.2011)
b. Jaringan Dasar (Parenkim)
Jaringan dasar adalah jaringan yang selnya berdinding selulosa tipis yang berfungsi sebagai pengisi bagian tubuh tumbuhan. Ciri khas jaringan ini adalah bentuk sel berukuran besar, berdinding tipis, dan susunannya renggang.
(www.google.images.2011)
c. Jaringan Kolenkim
Jaringan kolenkim adalah jaringan yang terdiri atas sel-sel hidup yang memiliki selulosa tebal, penebelan yang utama terjadi pada sudut-sudutnya.
d. Jaringan Sklerenkim
Jaringan skelerenkim terdiri atas sel-sel yang bersifat mati dan bagian dinding selnya mengalami penebalan. Letaknya adalah dibagian korteks, perisikel, antara xilem dan floem.
e. Jaringan Xilem
Jaringan xilem terdapat pada bagian kayu tanaman yang fungsinya menyalurkan air dari akar menuju bagian daun.
f. Jaringan Floem
Jaringan floem terdapat pada bagian kulit kayu yang berfungsi menyalurkan zat makanan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tumbuhan (Daniswara, 2009).
Menurut Kimball (2008), macam-macam jaringan tumbuhan adalah:
1. Jaringan Meristematik
Fungsi utama sel-sel merismatik adalah mitosis. Sel-selnya kecil dan berbanding tipis tanpa vakuola tengah dan tidak ada ciri-ciri khusus. Terdapat pada jaringan (meristem ujung) pada titik tumbuh batang.
2. Jaringan Protektif
Sel-sel pada jaringan pelindung dijumpai pada permukaan akar, batang, dan daun. Sel-selnya pipih dengan permukaan atas dan bawahnya sejajar tetapi sisinya tersusun tidak beraturan.
3. Jaringan Parenkim
Sel-sel parenkim luas diseluruh tumbuhan, besar-besar berdinding tipis dan biasanya mempunyai vakuola tengah.
4. Jaringan Kolenkim
Sel-sel kolenkim berdinding tebal yang secara umum dikembangkan disudut-sudut sel. Sel-sel ini memberi tunjangan mekanis bagi tumbuhan.
5. Jaringan Sklerenkim
Sel-sel sklerenkim merupakan macam sel penunjang yang lebih umum. Dinding sel-sel ini sangat tebal dan dibangun dalam lapis yang sama disekitar seluruh batas selnya.
6. Xilem
Xilem merupakan jaringan campuran yang terdiri dari beberapa tipe sel. Xylem mempunyai dinding sel tebal yang berpola-pola berkas spiral.
7. Floem
Floem merupakan jaringan campuran berupa tabung tipis, karena ujung-ujungnya berlubang-lubang. Hal ini memungkinkan hubungan sitoplasmatik di antara sel-sel.
3. METODOLOGI
3.1 Alat dan Fungsi
Alat yang digunakan dalam praktikum biologi dasar tentang Jaringan tumbuhan dan Hewan adalah :
• Mikroskop : Alat untuk mengamati objek pengamatan
• Cover Glass : Sebagai penutup objek
• Objek Glass : Sebagai media menempatkan objek
• Nampan : Sebagai wadah sementara
3.2 Bahan dan Fungsi
Bahan yang digunakan dalam praktikum biologi dasar tentang Jaringan tumbuhan dan Hewan adalah :
• Penampang melintang akar, batang, daun : Sebagai bahan yang akan diamati
• Penampang organ hewan : Sebagai bahan yang akan diamati
• Aquades :memperjelas bayangan dan membersihkan preparat
3.3 Skema Kerja
a. Preparat Irisan Melintang Gabus (Ketela Pohon)
Diambil preparat irisan melintang gabus (ketela pohon)
Diamati dan digambar preparat irisan melintang gabus
(ketela pohon) dengan mikroskop
H a s i l
b. Preparat Irisan Melintang Akar Bawang
Diambil preparat irisan melintang akar bawang
Diambil preparat irisan melintang akar bawang
Dengan mikroskop
Hasil
c. Preparat Irisan Melintang Umbi Bawang
Diambil preparat irisan melintang umbi bawang
Diambil preparat irisan melintang umbi bawang
Dengan mikroskop
Hasil
d. Preparat Irisan Melintang Akar Paku-Pakuan
Diambil preparat irisan melintang akar paku-pakuan
Diamati preparat irisan melintang akar paku-pakuan
Dengan mikroskop
H a s i l
e. Preparat Irisan Melintang Hati
Diambil preparat irisan melintang hati
Diamati preparat irisan melintang hati dengan mikroskop
H a s i l
f. Preparat Irisan Daun Bawang
Diambil preparat irisan melintang daun bawang
Diamati preparat irisan melintang daun bawang
Menggunakan mikroskop
Hasil
4. PEMBAHASAN
4.1 Analisa Prosedur
Dalam praktikum Biologi Dasar tentang Jaringan Hewan dan Tumbuhan, langkah pertama objek yang dilakukan adalh menyiapkan alat dan bahan. Adapun alat yang disiapkan seperti mikroskop, berfungsi sebagai alat yang untuk melihat dan meneliti benda yang sangat kecil dan tidak tampak terlihat mata, cover glass untuk penutup objek glass, objek glass sebagai tempat objek yang akan diamati dan nampan sebagai wadah alat dan bahan. Sedangkan bahan yang disiapkan meliputi penampang melintang akar, batang, daun sebagai bahan yang akan diamati, penampang organ hewan sebagai bahan yang akan diamti dan aquades untuk memperjelas bayangan dan membersihkan preparat.
Umbi batang
diambil awetan umbi batang lalu ditaruh di meja preparat dan diamati terlebih dahulu sistem jaringan tersebut serta bentuk-bentuknya menggunakan mikroskop. Kemudian diamati juga bagian-bagian dari umbi batang lalu digambar hasilnya.
Akar bawang
Langkah pertama ditaruh awetan dipreparat lalu diamati bagian-bagian dari jaringan akar bawang menggunakan mikroskop. Kemudian digambar apa yang telah diamati.
Ketela pohon
Pertama awetan ditaruh di meja preparat lalu diamati menggunakan mikroskop dan digambar hasil dari pengamatan tadi.
Akar paku-pakuan
Langkah pertama diambil awetan hati lalu diletakkan di meja preparat. Setelah itu diamati menggunakan mikroskop dan digambar hasil dari pengamatan.
Daun bawang
Pertama diambil awetan daun bawang kemudian diletakkan di meja preparat. Selanjutnya diamati menggunakan mikroskop lalu digambar hasilnya.
Hati
Langkah pertama diambil awetan hati lalu diletakkan di meja preparat. Kemudian objek diamati menggunakan mikroskop dan digambar hasil pengamatannya.
4.2 Analisa Hasil
No. Nama Gambar Literatur
1.
Umbi Batang
2.
Hati
3.
Akar paku-pakuan
No. Nama Gambar Literatur
4.
Jaringan melintang pada
akar bawang
5.
Daun bawang
6.
Ketela pohon
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum Biologi Dasat tentang Jaringan Hewan dan Jaringan Tumbuhan yang telah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan bahwa:
Jaringan adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi sama dari sekumpulan jaringan yang akan membentuk organ.
Jaringan tumbuhan adalah sekumpulan sel yang mempunyai bentuk, asal, fungsi dan struktur yang sama.
Jaringan hewan adalah sekumpulan sel yang mempunyai bentuk, asal, fungsi dan struktur yang sama.
Jaringan tumbuhan terdiri atas jaringan meristem, jaringan permanent dan penyusun batang.
Jaringan pada hewan ada 4 macam, yaitu jaringan ephitelium, jaringan ikat,jaringan otot, dan jaringan syaraf.
5.2 Saran
Waktu praktikum sebaiknya diperpanjang waktunya, agar praktikan lebih jelas terhadap pengamatan yang sedang dilakukan.
Sebaiknya alat dan bahan dipersiapkan dengan baik agar praktikan dapat melakukan pengamatan dengan baik dan dapat berjalan dengan lancar.
Praktikan sebaiknya lebih aktif dari pada asisten praktikumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Fahn, A.1991. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta ; Gadjah Mada University Press
Fried, George H. 2006. Teori dan Soal-Soal Biologi. Jakarta ; Erlangga
Daniswara. 2009. Sistematika Anatomi http://biologidasar/2009/sistematikaanatomi/. Diakses tanggal 07 Oktober 2011 pada pukul 17.15 WIB
Google Images. 2011. http://google/images.com. Diakses 10 Oktober 2011 pada pukul 10.30 WIB
Kimbal, John W. 1987. Biologi. Jakarta; Erlangga
Radiopoetra. 1991. Zoologi. Jakarta; Erlangga
MIKROORGANISME PERAIRAN
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil (Kusnadi dkk, 2003). Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya(Ali, 2008).
Mikroorganisme terdapat di suatu macam lingkungan sebagian bagian dari seluruh ekosistem alam. Sebagian dari mikroorganisme itu adalah produsen, konsumen pertama dan sebagian lagi konsumen kedua dan ketiga. Kita dapat menemukan mikroorganisme di daerah kutub, di daerah tropik, dalam air, dalam tanah, dalam debu di udara, pada tumbuhan, tubuh hewan dan manusia. Ada mikroorganisme yang hidup di stratosfer bila tidak ada oksigen, misalnya pada dasar lautan dan danau-danau yang sangat dalam(Soemarwoto, 1987).
Bakteri mempunyai peranan yang sangat penting di dalam menjaga kesinambungan kehidupan di laut, karena bakteri mempunyai kemampuan mendegradasi senyawa anorganik menjadi senyawa organik (nutrisi) yang larut dalam air. Nutrisi ini kemudian menjadi makanan bagi fitoplankton yang menjadi produsen dari rantai makanan di laut. Bakteri laut yang mempunyai beberapa fungsi lain seperti sebagai probiotik yang bermanfaat dalam bidang budidaya dan indikator kualitas perairan serta penghasil substansi bioaktif yang bermanfaat sebagai bahan farmasi(Jayanti dkk, 2009).
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum biologi dasar tentang Mikroorganisme Perairan adalah agar praktikan mengetahui bentuk, jumlah dan macam-macam mikroorganisme khususnya yang terdapat dilingkungan peraiaran.
Tujuan dari praktikum biologi dasar tentang Mikroorganisme Perairan adalah untuk maneliti jumlah nisbi organisme perairan yang penyebarannya dilingkungan perairan.
1.3 Waktu dan Tempat
Pada raktikum biologi dasar tentang Mikroorganisme Perairan dilaksanakan pada hari Rabu, 26 Oktober 2011 di laboratorium Ilmu-Ilmu Perairan di gedung C lantai 1, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Mikroorganisme
Mikroorganisme merupakan bagian penting dari ekosistem atau mengatur komunitas biologis dan lingkungan fisik mereka. Mikroorganisme memainkan peran penting dalam suksesi atau perubahan di prediksi yang terjadi pada ekosistem ketika mereka terganggu(Presscott dkk, 2005).
Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil (Kusnadi dkk, 2003). Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya(Ali, 2008).
Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Mikroorganisme meliputi bakteri, virus, jamur, dan ragi. Mikroorganisme tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada makanan dan beberapa diantaranya (yang disebut pathogen) juga dapat menyebabkan keracunan makanan(Wageningen University, 2011).
2.2 Macam-Macam Mikroorganisme
Menurut (Pelczar,1986) macam – macam organism yang hidup di peraiaran adalah,
1. Bakteri, bakteri yang hidup diperaiaran umumnya prokariotik, uniselular,tidak memiliki klorofil, struktur internal sederhana. Tumbuh pada media buatan laboratoris. Reproduksi aseksual; pembelahan sederhana.Contoh bakteri gram negative bergerak aktif seperti bakteri vibrio, bacterium, pseudomonas.
2. Alga biru hijau, alga tidak memiliki akar, batang dan daun, berwujud batang bentuknya uniseluler filament yang mengelilinginya banyak diselimuti lender.
3. Fungi, berbentuk uniseluler, filament serat yang disebut misselia atau hifa . Contoh sporolegina sp, Pyrodium bathomonas, Brachiomysongius.
4. Mikroalaga, salah satu dari spesies (ycnobacterium Noclicusei) salha satu dari spesie dinoflagrlata, cotoh chlorella sp, pyrodium bohamns, Trichadesium erytherium.
5. Virus, berbentuk batang pendek, batang panajang, bulat, poloderal, berukuran lebih kecil dari bakteri, dan hanya memiliki satu jenis asam nukleat, contoh virus coli-fag.
6. Protozoa, protista uniseluler, mikroskopis, hidup sebagai satu individu dan ada pula yang berkoloni, protozoa terbagi menjadi 3 yaitu amoeba/ pseudcodia, silliata dan flagelata. Contoh styloycia sp, Entemoeba histoloika.
7. Kapang, eukariotik, uniseluler, kultualisasinya sam dengan bakteri, sumber agar media laboratories sifat racun sebagai penangkap makanan.
Bakteri dibagi dalam golongan gram positif dan gram negatif berdasarkan reaksinya terhadap pewarnaan gram. Perbedaan antara bakteri gram positif dan gram negatif diperlihatkan dari perbedaan dinding sel. Dinding sel bakteri gram positif seperti Stapylococcus aereus dan Streptococcus sp. sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan peptidoglikan yang membentuk suatu sturuktur yang tebal dan kaku. Kekakuan pada dinding sel bakteri yang disebabkan karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan peptidoglikan ini membuat bakteri gram positif resisten terhadap lisis osmotik(Jawetz dkk, 2001).
Bakteri gram negatif seperti Escherichia coli dan Pseudomonas sp. terdiri atas satu atau sangat sedikit lapisan peptidoglikan pada dinding selnya. Selain itu dinding sel bakteri gram negatif ini tidak mengandung asam teikoik tetapi mengandung sejumlah polisakarida dan lebih rentan thadap kerusakan mekanik dan kimia (Gupta, 1990).
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mikroorganisme
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba dapat berupa faktor abiotik (fisikiawi dan kimiawi) dan faktor biotik (meliputi kehidupan arsenik dan adanya asosiasi kehidupan). Faktor abiotik diantaranya temperatur, pH, kebutuhan air, tekanan osmosis,dan oksigen molekuler(Suharni, 2009).
Setiap mikroorganisme mempunyai respon yang berbeda terhadap faktor lingkungan (suhu, pH, oksigen, salinitas dan sebagainya). Menurut Hamdiyati (2011):
Suhu, tinggi-rendahnya suhu mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Bakteri dapat tumbuh dalam rentang suhu - 50°C sampai 800°C, tetpi bagaimanapun juga setiap spesies mempunyai rentang suhu yang pendek yang ditentukan oleh sensitifitas sistem enzimnya terhadap panas.
Derajat Keasaman (pH), pengaruh pH terhadap pertumbuhan tidak kalah pentingnya dari pengaruh temperatur. Ada pH minimum, pH optimum, pH maksimum. Rentang pH bagi pertumbuhan bakteri antara 4-9 dengan pH optimum 6,5-7,5. Jamur lebih menyukai pH asam, rentang pertumbuhan jamur pada pH 1-9 dan pH optimumnya 4-6. Selama pertumbuhan pH dapat berubah, naik-turun, bergantung pada komposisi medium yang diuraikan.
Kebutuhan oksigen, oksigen tidak mutlak diperlukan mikroorganisme karena ada juga kelompok yang tidak memerlukan oksigen bahkan atas empat kelompok berdasarkan kebutuhan akan oksigen, yaitu mikroorganisme aerob yang memerlukan oksigen sebagai aseptor elektron dalam proses respirasi. Mikroorganisme anaerob adalah mikroorganisme yang tidak memerlukan oksigen karena oksigen akan membentuk hidrogen peroksida yang bersifat toksik dan menyebabkan kematian.
Salinitas, berdasarkan kebutuhan garam (NaCl) mikroorganisme dapat dikelompokkan menjadi:
a. Non halofil
b. Halotoleran
c. Halofil (NaCl 10-15%)
d. Halofil ekstrim
Pertumbuhan pada bakteri mempunyai arti perbanyakan sel dan peningkatan ukuran populasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri atau kondisi untuk pertumbuhan bakteri atau kondisi untuk pertumbuhan optimum menurut Prasetyo (2011):
a. Suhu
b. Derajat keasaman atau pH
c. Konsentrasi garam
d. Sumber nutrisi
e. Zat-zat sisa metabolisme
f. Zat Kimia
2.4 Pengertian Sterilisasi
Proses dimana semua sel hidup, spora layak, virus dan viroids baik dihancurkan atau dikeluarkan dari suatu objek atau habitat dapat disebut sterilisasi(Prescott dkk, 2005).
Sterilisasi adalah suatu proses perlakuan terhadap bahan atau barang dimana pada akhir proses tidak terdapat mikroorganisme pada bahan atau barang tersebut. Sterilisasi truangan terdiri dari beberapa metode salah satunya dengan sinar ultraviolet. Sterilisasi menggunakan sinar ultraviolet dapat dinilai keberhasilannya dengan mengukur kualitas udara ruangan(Undip, 2010).
Sterilisasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan alat-alat atau media dari jasad renik dan segala macam bentuk kehidupan terutama mikroba. Menurut Wijayanti (2009) cara sterilisasi yang umum digunakan adalah:
a) Pemanasan, tujuannya adalah merusak atau membunuh mikroba.
1. Pemanasan kering, yaitu dengan cara membakar atau menggunakan udara panas atau oven pada suhu 700-800 C selama 1-2 jam.
2. Pemanasan basah, dapat dikerjakan dengan merebus uap air panas dengan tekanan dan pasteurisasi. Pemanasan basah biasanya dengan menggunakan suhu 1210C selama 15-20 menit.
b) Filtrasi, tujuannya untuk mensterilisasi media yang tidak tahan pemanasan.
c) Penyinaran dengan menggunakan sinar gelombang pendek (radiasi) seperti sinar X, sinar gamma dan sinar katoda.
d) Sterilisasi kimia, misalnya: desinfektan, antiseptik, biosidal, biostatic.
2.5 Pengertian Media dan PCA (plate count agar)
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat makanan yang diperlukan untuk menumbuhkan suatu mikroorganisme dalam rangka isolasi, memperbanyak penghitungan, dan pengujian sifat fisiologik suatu mikroorganisme. Penggunaan media sangat penting dalam pemeriksaan mikrobiologik baik untuk isolasi, identifikasi maupun differensiasi(Wijayanti,2009).
PCA dianjurkan untuk menghitung piring mikroorganisme dalam makanan, produk susu, air, dan limbah air. Sedang untuk pelat aerobik menghitung dengan metode inokulasi permukaan sesuai dengan ISO 4833 dan 17410 standar 55 mm piring dalam kemasan blister datang dalam kantong flowpack disegel. Ini jenis kemasan menghindari cepat dehidrasi dan kontaminasi(Fluka, 2011).
PCA digunakan sebagai medium untuk mikroba aerobik dengan inokulasi di atas permukaan. PCA dibuat dengan melarutkan semua bahan(casein enzymic hydrolisate, yeast extract, dextore, agar) hingga membentuk suspensi 22,5 g/L kemudian disterilisasi pada autoklaf (15 menit pada suhu 121o C). Media PCA ini baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua jenis mikroba) karena di dalamnya mengandung komposisi casein enzymic hydrolisate yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen komplek lainnya serta ekstrak yeast mensuplai vitamin B kompleks(Prasetyo,2009).
2.6 Penghitungan Bakteri
Ada beberapa cara perhitungan bakteri, diantaranya:
(1) Jumlah bakteri secara keseluruhan(Total Cell Account)
Pada cara ini dihitung semua bakteri baik hidup maupun mati.
a. Menghitung langsung secara mikroskopik
Pada cara ini dihitung jumlah bakteri dalam satuan isi yang sangat kecil. Untuk itu digunakan kaca objek khusus yang bergaris(Petroff-Hauser) berbentuk bujur sangkar. Cara ini hanya dapat digunakan untuk cairan yang mengandung bakteri dalam jumlah tinggi.
b. Menghitung berdasar kekeruhan
Dasar teknik ini adalah banyaknya cahaya yang diabsorbsi sebanding dengan banyaknya sel bakteri pada batas-batas tertentu. Umumnya untuk menghitung dengan cara ini digunakan tur bidimetri(Lay, 1994).
(2) Perhitungan bakteri hidup
Ada 3 cara perhitungan bakteri hidup yaitu:
a. Standar Plate Count
Pada cara ini pengenceran dilakukan dengan menggunakan sejumlah botol pengencer yang diisi sampel dan aqua destilata steril. Agar cair didinginkan sampai suhu sekitar 440 C dan baru kemudian dituangkan ke cawan petri setelah agak membeku cawan dieramkan selama 24-48 jam (370 C).
b. Plate Count
Sampel dipipet lalu ditaruh dalam cawan petri kosong steril, lalu dituang dalam media agar yang mencair dengan suhu sekitar ± 450 C lalu digoyangkan dengan hati-hati sehingga sampel dan media tercampur rata kemudian dibiarkan memadat.
c. Agar Setar
Sebanyak 0,1 ml sampel ditaruh pada permukaan agar yang sudah memadat dalam cawan petri lalu sampel diratakan di atas permukaan media tersebut dengan bantuan alat perata(Lay, 1994).
(3) Pengujian secara mikroskopik
Pengujian secara mikroskopik ditujukan untuk mengetahui struktur dan bentuk-bentuk dari bakteri (Hadiwiyoto,1994).
3. METODOLOGI
3.1 Alat dan Fungsi
Alat yang digunakan dalam praktikum biologi dasar tentang Mikroorganisme Perairan adalah:
• Cawan Petri : sebagai tempat penanaman media
• Bunsen : pengondisian aseptis setelah penanaman
• Coloni counter : menhitung jumlah koloni bakteri
• Kompor : sebagai sumber panas dalam pembuatan PCA
• Spatula : menghomogenkan larutan PCA
• Autoclave : untuk mensterilisasi basah
• Oven : untuk mensterilisasi kering
• Erlenmayer : sebagai tempat pembuatan PCA
• Sprayer : sebagai tempat alkohol
• Timbangan Digital : untuk menimbang PCA yang dibutuhkan dalam pembuatan media dengan ketelitian 10-2 gram
• Inkubator : untuk menginkubasin media dalam suhu rendah
3.2 Bahan dan Fungsi
Bahan yang dalam praktikum bilologi dasar tentang Mikroorganisme Perairan adalah
• Medium agar steril (PCA) : media pertumbuhan mikroba (jamur dan bakteri)
• Kertas label : menandai cawan petri
• Tali : pengikat cawan petri yang telah dibungkus kertas koran
• Aquedest : untuk mengencerkan larutan
• Alkohol : untuk pengondisian aseptis
• Spirtus : sebagai bahan bakar untuk bunsen
• Kertas koran : membungkus cawan petri
3.3 Skema kerja
3.3.1 Sterilisasi
3.3.2 Pembuatan Media
Dituang kedalam cawan petri 20 cm
Didinginkan
Dibalik
Dibungkus dengan Koran dan diikat
Disimpan dengan water bath
Hasil
3.3.3 Penanaman
3.3.4 Perhitungan koloni
• Komponen PCA 17,5 gram
1. Glukosa 1 gr : sebagai sumber karbohidrat
2. Protein 5 gr : sebagai sumber protein
3. Ekstra yest 2,5 gr : sebagai sumber vitamin
4. Agar 9 gr : sebagai pengental
• Rumus PCA
Gram PCA = ketetapan PCA oxoid x (vol. cawan petri x jumlah cawan)
1000 ml
4. PEMBAHASAN
4.1 Analisa Prosedur
Dalam praktikum ini dilakukan 4 tahap, yaitu sterilisasi pembuatan media,pemanasan dan perhitungan bakteri, sebelum melakukan tahap pertama sterilisasi disiapkan alat dan bahan. Alat yang digunakan terdiri atas: Cawan Petri sebagai tempat penanaman media. Bunsen untuk pengondisian aseptis setelah penanaman. Coloni counter untuk menghitung jumlah koloni bakteri. Kompor sebagai sumber panas dalam pembuatan PCA. Spatula untuk menghomogenkan larutan PCA. Autoclave untuk mensterilisasi basah. Oven untuk mensterilisasi kering. Erlenmayer sebagai tempat pembuatan PCA. Sprayer sebagai tempat alkohol. Timbangan Digital untuk menimbang PCA yang dibutuhkan dalam pembuatan media dengan ketelitian 10-2 gram. Inkubator untuk menginkubasi media dalam suhu rendah.
Dan bahan yang digunakan adalah medium agar steril (PCA) sebagai media pertumbuhan mikroba (jamur dan bakteri). Kertas label untuk menandai cawan petri. Tali sebagai pengikat cawan petri yang telah dibungkus kertas koran. Aquedest untuk mengencerkan larutan. Alkohol untuk pengondisian aseptis. Spirtus sebagai bahan bakar untuk bunsen. Kertas koran untuk membungkus cawan petri.
4.1.1 Sterilisasi
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap sterilisasi yaitu pertama disipkan cawan petri yang kemudian dibungkus Koran dan ditali, setelah itu cawan petri dimasukkan ke dalam autoklaf untuk mensterilkan cawan petri tersebut, kemudian suhu dari autoklaf dinaikan hingga tekanannya mencapai 0,15 maga pascal, kemudian kompor, tunggu hingga tekanan turun menjadi 00C
4.1.2 Pembuatan Media
Tahap kedua adalah pembuatan media, pertama disiapkan PCA yang kemudian ditimbang sebanyak 30,8 gram dan aquadest dimasukkan kedalam elenmeyer kemudian diaduk dengan sptula untuk manghomogenkan larutan, lalu elenmeyer ditutup dengan kapas dibagian mulut elenmeyer. Kemudian dibungkus Koran dan dtali kemudian dihomogenkan. Setelah itu disterilisasikan basah dengan menggunakan autoklaf. PCA yang sudah disterilisasi (PCA hangat) dituang dalam can petri kemudian diddinginkan. Setelah dingin, cawan petri dibalik dan diikat setelah itu disimpan di dalam cool box.
4.1.3 Penanaman
Tahap ketiga yaitu tahap penanaman organism atau bakteri. Media PCA beku yang sudah jadi diberi dua perlakuan, yaitu dibiarkan terbika agar organism yang ada dilingkungan sekitar dapat hinggap dimedia, serta ditutup untuk mengetahui bakteri/ organism yang bada dalam mulut. Untuk yang dibiarkan terbuka agar cawan petri biletakkan dan kemudian dibuka selama 10 menit lalu ditutup dan dibungkus Koran serta diikat dengan tali. Setelah itu media PCA beku diingkubasi dalam inchase selama 5 hari, untuk yang ditutup, media PCA beku ditutup dan dibalik agar tidak ada gelembung air yang terbentuk setelah itu dibungkus Koran dan ditali. Setelah itu media PCA diinkubasi selama sehari dalam inchase.kemudian dilakukan pengamatan apakah sudah ada bakteri atau organisme yang tumbuh. Lalu dilakukn perhitungan koloni. Cawan yang bermedium (sudah diinkubasi) dikeluarkan dri inchase kemudian dihitung koloni counter yang tumbuh.
Alasan PCA diberi dua pelakuan adalah sebagai perbandingan organisme yang ada di udara terbuka dan di dalam mulut.
4.1.4 Perhitungan Cawan Petri
Tahap yang keempat yaitu perhitungan cawan petri. Untuk mengetahui berapa banyak koloni yang ada. Setelah cawan petri dikelurkan dari inchase dibuka tali dan Koran yang membungkus cwan petri diletakkan pada koloni counter intik dihitung koloninya.catat hasil perhitungannya.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum Biologi Dasar tentang Mikroorganisme Perairan dapat disimpulkan sebagai berikut:
o Mikroorganisme adalah organisme yang berukuran sangat kecil (kurang dari 1mm) sehingga tidak dapat diamati dengan mata telanjang.
o Macam-macam mikroorganisme terdiri dari bakteri, alga biru hijau, fungi, mikroalga, virus, protozoa, dan kapang.
o Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme ada dua macam, yaitu instrinsik dan ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi pH , Aw, dan nutrisi. Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi suhu, susunan gas dan RH.
o Sterilisasi adalah proses pemusnahan segala jenis mikroba.
o PCA adalah media bersifat selective yang berarti semua bakteri dapat hidup.
o Cara perhitungan bakteri ada dua, yaitu:
a. jumlah bakteri secara keseluruhan : menghitung langsung secara mikroskopik dan menghitung berdasar kekeruhan.
b. Perhitungan bakteri hidup; standar plate, plate count, agar sebar.
5.2 Saran
Pada praktikum ini sebaiknya alat dan bahan yang akan digunakan dipersiapkan terlebih dahulu, agar praktikum dapat berjalan dengan baik. Dan untuk para praktikan agar mempersiapkan diri mempelajari materi-meteri yang akan dipraktekkan agar dalam kegiatan praktikum tidak terjadi banyak kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Iqbal. 2008. Peran Mikroorganisme Kehidupan. http://iqbalali.com diakses pada 27 Oktaber 2011 pukul 10.32 WIB.
Fluka, Analytical. 2011. http://sigma-aldrich.com diakses pada 11 November 2011 pukul 18.06 WIB.
Jayanti, Anes Dwi dkk. 2009. Distribusi Heterotropik Coliform Patogen, Vibrio Porahemalyticus dan Total Sel Bakteri dan Kaitannya dengan Kimia Hara Perairan di Pulau Bawean.
Pelczar, 1986. Laporan Praktikum Biologi Dasar. http://xnyder.blogspot.com diakses pada 27 Oktober 2011 pukul 10.55 WIB.
Prasetyo, Redy Joko. 2011. Laju Pertumbuhan Bakteri. http://www.infomedia.com diakses 18 November 2011 pukul 7.30 WIB.
Prescott, Lansing M dkk. 2005. Mikrobiology Sixth Edition. McGrow-Hill Companies Inc : Nourth America.
Suharni. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuhan Mikroba. http://www.artikelkimia.info diakses 10 November 2011 pukul12.05 WIB.
Soemarwoto dkk. 1987. Biologi Umum II. Jakarta: PT. Gramedia.
Undip. 2010. Efektifitas Sterilisasi Sinar Ultraviolet dalam Menurunkan Angka Kuman Udara di Kamar Bayi Resiko Tinggi RSUD Dr. Moewardi, Surakarta. http://eprints.undip.ac.id diakses 17 November 2011 pukul 14.00 WIB.
Wageningen University. 2011. Apakah Mikroorganisme Itu?. http://www.food.info.net diakses 17 November 2011 puku13.08 WIB.
Wijayanti, Suri. 2009. Identifikasi dan Pemeriksaan Jumlah Total Bakteri Susu Sapi Segar dari Koperasi Unit Desa Kabupaten Boyolali. Fakultas Universitas Muhammadiyah Surabaya.
PRODUSEN DAN KONSUMEN DI PERAIRAN
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meskipun karbon merupakan unsur yang sangat langka dalam sektar bumi yang tidak hidup tetapi didalam benda hidup tedapat 18%. Kemampuan saling mengikat pada atom atom karbon merupakan dasar untuk keragaman molekuler dan ukuran tanpa ini tidak akan ada selain pada bahan organik, karbon sebagai gas karbon dioksida dan sebagai bahan karbonat (koral), yang sangta membutuhkan senyawa hijuan yang menetralkan ( Maarif, 2009).
Hubungan antara produsen dan konsumen dalam kaitanya dengan siklus karbon mutlak diperlukan dalam suatu ekosistem untuk menjaga kestabilanya. Dilingkungan terbuka, sanagat sulit untuk menentukan faktor yang memperngaruhi untuk membatasinya,maka pengamatan dapat dilakukan pada lingkungan tetutup seperti bejana yang tertutup rapat Syabatini,2007).
Jasad renik pada pekembanagn dan sepanjang metabolisme mereka dengan saling menetralkan pda siklus dari bahan gizi, meliputi karbon, belerang, nitrogen, forfor biogeokimia ketika berlaku bayi lingkungan yang melibatkan ilmu biologi dan proses kimia. Bahan gizi ditransformasikan dan didaur sering oleh reaksi reduksi dan oksidasi itu dapat berganti berkarakteristik kimia atau fisik dari hara, semua siklus biogeokimia dihubungkan dan metabolisme berhubungan dengan alih garam dari nutrisi ini mempunyai dampak taraf global (Prescoott,2005).
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari Praktikum Biologi Dasar tentang Produsen dan Konsumen Perairan ini adalah agar para praktikan mengetahui peran Produsen dan Konsumen dalam siklus karbon.
Tujuan dari Praktikum Biologi Dasar tentang Produsen dan Konsumen Perairan ini adalah untuk mengetahui peran Produsen dan Konsumen dalam siklus karbon.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum Biologi Dasar tentang Produsen dan Konsumen Perairan ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 26 Oktober 2011 pada pukul 10.40-12.20 WIB. Bertempat di Laboratorium IIP (Ilmu–Ilmu Perairan) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Siklus Karbon
Siklus karbon berbasis karbon dioksida yang membuat naik hanya sekitar 0.03% dari atmosrfer diseluruh dunia, sintesis senyawa organik dari karbon dioksida dan air melalui Fotosintesis menggunakan sekitar 10% dari sekitar 10% dari 700 miliar to metrik karbon dioksida diatmosfer setiap tahun ini jumlah besar aktivitas biologis bakteri Fotosintesis protista dan tanaman ( Raven,2002)
Siklus karbon ( C) adalah siklus biogeokimia dimana c dipertukarkan antara biosfer, geosfer, hidrosfer, atmosfer bumi. Dalam siklus karbon terdapat penyimpanan reservoir karbon utama ang dihubungkan oleh jalur pertukaran yaitu atmosfer, biosfer, terestial atau daratan ( termasuk sistem perairan sungai dan bahan organik tanah, larutan termasuk karbon organik terlarut dan biota laut hayati dan non hayati ndan sedimen ( bahan bakar fosil)( harian, 2007)
Pada setiap tingkatan trpoik dalam suatu jaring makan karbon kembali ke atmosfer atau air sebagai hasil respirasi tumbuhan herbivora dan karnivora berspirasi dan dengan demikian membebbaskan karbondioksida sebagian besar bahan organik pada setiap tingkatan tropik tidak dikonsumsi oleh tingkatn tropik tidak mengkomsusi oleh tingkatan tropik akhir, yaitu pengurai, hal ini terjadi ketika tumbuhan dan hewan atau bagian bagianya mati, bakteri fungsi yang benar benar penting sebagai pembebas karbon dari bangkai dan tidak lagi bergna sebagai makanan bagi tingkatan tropik lainya, mengalami karbondioksida, krbon dioksida dibebaskan dan karbon dapat dimulai lagi( kimball, 1983)
2.2 Gambar Siklus Karbon
(Googleimage,2011)
Carbon dalam CO2 dihirup oleh tumbuh tumbuhan untuk bernafas dan menghabiskan makanan dalam bentuk glukosa C6H12O6, kemudian tumbuhan ini akan dimakan oleh manusia dan hewan dan terakumulasi ditubuhnya sehingga bisa tumbuh dan berkembang biak, seperti diketahui semua sel ataupun jaringan tubuh manusia dan hewan disusun dari rantai karbon, ( karbonhidrat, lemak, protein, DNA, sel perkembangbiakan semua disusun dari gugus karbon). Dan selma proses hiduonya manusia dan hewan ini bernafas dan melepaskan CO2 kembali ke udara untuk dihirup kembali oleh tumbuahan dan saat mereka mati senyaws senyawa organik tersebut akan tertimbun didalam tanah dan dalam proses ribuan tahun, endapan itu berubah menjadi minyak dan gas alam, minyak dan gas tersebut pun tersendiri dari karbon juga ( Alvin, 2000)
2.3 Siklus Karbon dalam Hubungan dengan Produsen dan Konsumen di Perairan
Atmosfer dan karbon dioksida terlarut digunakan oleh produsen primer untuk membuat energi kaya senyawa organik selama fotosintetis. Ketika produsen dimakan mengadung karbon senyawa organik yang dikirimkan konsumen dan dekomposer melepaskan karbon sebagi karbon dioksidas selama repirasi, yang sebsgain besar dikembalikan ke atmosfer organisme yang tidak membusuk akhirnya dapat membentuk bahan bakar fosil. Pembakaran bahan bakar fosil juga melepaskan karbon sebagai karbon dioksisda kembali ke astmosfer ( brumdkk, 1995)
Reaksi fotosintetsis terjadi dihutan hutan padang rumput dan juga dirumput laut di lautan, dalam daur karbon, karbondioksida dibutuhkan tumbuha yang kemudian akan dikonsumsi hewan, ikan atau manusia untuk kebutuhan sel dan energi, daam bentuk karbon dikembalikan kembalikan ke alam. Bila hewan atau tumbuhan tersebut mati akibat kerja mikroorganisme karbon akab dikembalikan ke bumi ( Maari, 2009)
Di atmosfer terdapat kandunagn CO2 sebanyak 0.03 % sumber sumber CO2 di udara berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik, pembentukan batubara dan asap pabrik, karbondioksida diudara dimanafaatksn oleh tumbuhan untuk berFotosintesis dan menhasilkan oksigen yang nantinya akan digunakan manusia dan hewan untuk berespirasi, hewan dan tumbuhan yang mati dalam waktu yang lama akan membentuk barubara didalam tanah, batubara akan dimanfaatkan lagi sebagi bahan bakar yang juga menambah kadar CO2 diudara ( UI, 2000)
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Siklus Karbon
Degradasi bahan organik ini, sekali terbentuk diperngaruhi oleh serangakain faktor ini termasuk nutrisi hadir dalam lingkungan , C2 karbon abiotik ( pH, potensial reduksi oksidasi oksigen, kondis osmotik), dan saat ini kominitas mikroba (Prescott dkk,2005)
Sentivitas respirasi ekosistem untuk variasi suhu jangka pendek adalah sam diseluruh dunia, para peneliti juga menunjukan faktor lain adalah suhu, seperti perambatan yang penting dala keseimbanan ekosistem karbon jangka panjang ( Mahecha, 2011)
Siklus karbon dumiali denagn dilepaskan CO2 oleh berbagai macam sumebr seperti pengilangan minyak bumi, asap ;pabrik dan kendaraan bermotor. Peristiwa alam sepertigunung meletus, organisme dilaut. Aktifitas manusia, hewan dan tumbuhan, hanay sebagian dari CO2 yang dilepas ke udara ini dapat diserap oleh hutan, tanah dan laut dengan bertambahnya aktivitas manusia dibumi ini, maka semakin banyak CO2 yang diproduksi dan tidak terserap oleh alam sehingga menimbulkan pengaruh buruk bagi bumi seperti halnya pembahasan global( Bocah, 2007).
3. METODOLOGI
3.1 Alat dan Fungsi
Alat yang digunakan dalam praktikum Biologi Dasar tentang Produsen dan Konsumen di Perairan adalah :
• Tabung reaksi : untuk tempat meletakkan objek
• Botol : untuk tempat wadah tabung reaksi
• Hot plate : untuk tempat memanaskan parafin cair
• Pipet tetes : untuk mengambil larutan dalam skala tertentu
• Beaker glass : untuk tempat parafin cair
• Cool Box : untuk melakukan pengamtan reaksi terang dan reaksi gelap
3.2 Bahan dan Fungsi
Bahan yang digunakan dalam praktikum Biologi Dasar tentang Produsen dan Konsumen di perairan adalah:
• Siput air : sebagai objek pengamatan
• Daun Hydrilla : sebagai objek pengamatan
• Air Kolam : sebagai media pertumbuahn siput air dan hydrilla
• Parafin cair : sebagai menempelkan kapas pada mulut tabung reaksi agar tidak terkominasi bahan luar
• Bromtimol biru : sebagai indikator adanya CO2
• Kapas :sebagai penyumbat mulut tabung reaksi
• Kertas label : untuk menamdai tabung reaksi
3.3 Skema Kerja
A. REAKSI TERANG
Tabung Reaksi A1
Diisi dengan larutan air kran
Ditetesi larutan bromtimol ± 2 tetes
Diisi siput
Ditutup dengan kapas pada mulut tabung
Dicelupkan ke parafin cair
Diletakan ditempat terang
Diamati ± 3 hari
Hasil
Tabung Reaksi A2
Diisi dengan larutan air kran
Ditetesi larutan bromtimol ± 2 tetes
Diisi siput dan hydrilla
Ditutup dengan kapas pada mulut tabung
Dicelupkan ke parafin cair
Diletakan ditempat terang
Diamati ± 3 hari
Hasil
Tabung Reaksi A3
Diisi dengan larutan air kran
Ditetesi larutan bromtimol ± 2 tetes
Diisi Hydrilla
Ditutup dengan kapas pada mulut tabung
Dicelupkan ke parafin cair
Diletakan ditempat terang
Diamati ± 3 hari
Hasil
Tabung Reaksi A4
Diisi dengan larutan air kran
Ditetesi larutan bromtimol ± 2 tetes
Diisi air (kosong)
Ditutup dengan kapas pada mulut tabung
Dicelupkan ke parafin cair
Diletakan ditempat terang
Diamati ± 3 hari
Hasil
B. Reaksi Gelap
Tabung Reaksi B1
Diisi dengan larutan air kran
Ditetesi larutan bromtimol ± 2 tetes
Diisi siput
Ditutup dengan kapas pada mulut tabung
Dicelupkan ke parafin cair
Diletakan ditempat terang
Diamati ± 3 hari
Hasil
Tabung Reaksi B2
Diisi dengan larutan air kran
Ditetesi larutan bromtimol ± 2 tetes
Diisi siput dan hydrilla
Ditutup dengan kapas pada mulut tabung
Dicelupkan ke parafin cair
Diletakan ditempat terang
Diamati ± 3 hari
Hasil
Diisi dengan larutan air kran
Ditetesi larutan bromtimol ± 2 tetes
Diisi Hydrilla
Ditutup dengan kapas pada mulut tabung
Dicelupkan ke parafin cair
Diletakan ditempat terang
Diamati ± 3 hari
Hasil
Tabung Reaksi B4
Diisi dengan larutan air kran
Ditetesi larutan bromtimol ± 2 tetes
Diisi siput
Ditutup dengan kapas pada mulut tabung
Dicelupkan ke parafin cair
Diletakan ditempat terang
Diamati ± 3 hari
Hasil
4. PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diperoleh data sebagai berikut :
Hari ke Tabung Perubahan warna bromtimol biru Kondisi siput Kondisi Hydrilaa Keterangan
1 A1
A2
A3
A4 Hijau tua
Hijau tua
Biru tua
Biru bening Hidup
Hidup
-
- -
Hidup, segar
Hidup, Segar
-
Reaksi Terang
B1
B2
B3
B4 Biru kehijauan
Bening
Bening kehijauan
Biru muda Hidup Hidup
-
- -
Hidup, Segar
Hidup, Segar
-
Reaksi Gelap
2 A1
A2
A3
A4 Hijau kebiruan
Hiaju kebiruan bawah benih
Hijau kebiruan bawah bening
Biru bening Hidup
Hidup
-
- -
Hidup, Segar
Hidup, segar
-
Reaksi Terang
B1
B2
B3
B4 Biru kehijauan
Bening
Kehijaua
Biru muda Mati
Mati
-
-
Layu
Layu
Reaksi gelap
3 A1
A2
A3
A4 Bening kehijauan
Hijau kebirauan
Bening kehijauan
Biru bening Mati
Mati
-
- -
Hidup, Segar
Hidup, Segar
- Reaksi Terang
B1
B2
B3
B4 Hijau, kekuningan
Hijau kebiruan
Bening kehijauan
Biru bening Mati
Mati
-
- -
Layu, rontok
Layu, mati
- Reaksi Gelap
4.2 Analisa Prasedur
Pada pratikum biologi dasar tentang produsen dan konsumen di perairan dipelukan alat dan dan bahan. Alat- alat yang digunakan yaitu tabung reaksi untuk tempat meletakkan objek, botol untuk tempat wadah tabung reaksi, hot plate, untuk tempat memanaskan parafin cair ,pipet tetes untuk mengambil larutan dalam skala tertentu, beaker glass untuk tempat parafin cair,cool box untuk melakukan pengamtan reaksi terang dan reaksi gelap sedangkan bahan yang digunakan yaitu siput air sebagai objek pengamatan ,daun hydrilla sebagai objek pengamatan ,air kolam sebagai media pertumbuahn siput air dan hydrilla, parafin cair sebagai menempelkan kapas pada mulut tabung reaksi agar tidak terkominasi bahan luar, larutan bromtimol biru sebagai indikator adanya co2, kapas sebagai penyumbat mulut tabung reaksi ,kertas label untuk menamdai tabung reaksi.
Adapun langkah langkah pada pratikum kali ini pada tempat reaksi terang untuk tabung reaksi A1 pertama disi dengan air kran lalu ditetesi larutan bromotimol ± 2 tetes kemudian diiisi siput setelah itu ditutup dengan kapas pada mulut tabung dan dicelupkan ke parafin cair lalu diletakan ditempat terang dan diamati selama 3 hari dan diperoleh hasil. untuk tabung reaksi A2 pertama disi dengan air kran lalu ditetesi larutan bromotimol ± 2 tetes kemudian diiisi siput dan hydrilla setelah itu ditutup dengan kapas pada mulut tabung dan dicelupkan ke parafin cair lalu diletakan ditempat terang dan diamati selama 3 hari dan sehingga diperoleh hasil. untuk tabung reaksi A3 pertama disi dengan air kran lalu ditetesi larutan bromotimol ± 2 tetes kemudian diiisi Hydrila setelah itu ditutup dengan kapas pada mulut tabung dan dicelupkan ke parafin cair lalu diletakan ditempat terang dan diamati selama 3 hari sehingga diperoleh hasil.untuk tabung reaksi A4 pertama disi dengan air kran lalu ditetesi larutan bromotimol ± 2 tetes kemudian diiisi air (kosong )setelah itu ditutup dengan kapas pada mulut tabung dan dicelupkan ke parafin cair lalu diletakan ditempat terang dan diamati selama 3 hari dan diperoleh hasil.
Pada pratikum ini bertempat reaksi gelap untuk tabung reaksi A1 pertama disi dengan air kran lalu ditetesi larutan bromotimol ± 2 tetes kemudian diiisi siput setelah itu ditutup dengan kapas pada mulut tabung dan dicelupkan ke parafin cair lalu diletakan ditempat Gelap dan diamati selama 3 hari sehingga diperoleh hasil. untuk tabung reaksi A2 pertama disi dengan air kran lalu ditetesi larutan bromotimol ± 2 tetes kemudian diiisi siput dan hydrilla setelah itu ditutup dengan kapas pada mulut tabung dan dicelupkan ke parafin cair lalu diletakan ditempat Gelap dan diamati selama 3 hari sehingga diperoleh hasil untuk tabung reaksi A3pertama disi dengan air kran lalu ditetesi larutan bromotimol ± 2 tetes kemudian diiisiHydrilla setelah itu ditutup dengan kapas pada mulut tabung dan dicelupkan ke parafin cair lalu diletakan ditempat Gelap dan diamati selama 3 hari sehingga diperoleh hasil. untuk tabung reaksi A4 pertama disi dengan air kran lalu ditetesi larutan bromotimol ± 2 tetes kemudian diiisi air kosong setelah itu ditutup dengan kapas pada mulut tabung dan dicelupkan ke parafin cair lalu diletakan ditempat Gelap dan diamati selama 3 hari sehingga diperoleh hasil.
4.3 Analisa Hasil
Pada data hasil pengamatan yang telah didapatkan pada pratikum biologi dasar tentang produsen dan konsumen perairan diperoleh hasil sebagai berikut:
A. Reaksi Terang
Pada pengamatan dihari pertama tabung reaksi A1 perubahan warna bromotimol biru berwarna hijau tua dan kondis siput masih hidup, untuk tabung rekasi A2 perubahan warna bromotimol biiru berwarna hijau tua dan kondisi hydrilla hidup, segar, untuk tabung reaksi A3 perubahan warna bromotimol biru berwarna biru tua dan kondisi hydrilla hidup dan segar untuk tabung reaksi A4 perubahan warna bromotimol biru tidak ada dan kondisi hydrilla tidak ada juga.
Pada pengamatan dihari kedua tabung reaksi A1 perubahan warna bromotimol biru berwarna biru kehijauan dan kondis siput masih hidup, untuk tabung rekasi A2 perubahan warna bromotimol biiru berwarna hijau kebiruan dan kondisi hydrilla hidup, segar, untuk tabung reaksi A3 perubahan warna bromotimol biru berwarna hijau kebiruan bawah bening dan kondisi hydrilla hidup dan segar untuk tabung reaksi A4 perubahan warna bromotimol biru berwarna bening.
Pada pengamatan tabung reaksi A1 perubahan warna bromotimol biru berwarna biru kehijauan dan kondis siput masih hidup, untuk tabung rekasi A2 perubahan warna bromotimol biiru berwarna hijau kebiruan dan kondisi hydrilla hidup, segar, untuk tabung reaksi A3 perubahan warna bromotimol biru berwarna bening dan kondisi hydrilla hidup dan segar untuk tabung reaksi A4 perubahan warna bromotimol biru terang dan kondisi siputdan hydrila kosong.
Theodoie de simussure, seorang ahli kimia dan fisiologi tumbuhan dan swiss menunjukan bahwa air diperlukan dalam proses fotosisntesis. Temuan ini dieteliti lebih lanjut sehingga pada tahun 1937 seorang doketr berkebangsaan inggris bernama robin hill berhasil membuktikan bahwa cahaya matahari diperlukan untuk memecah air ( H2O) menjadi nitrogen dan oksigen pemecahan ini disebut Fotosintesis ( Hill, 1937).
B. Reaksi Gelap
Pada tabung reaksi B1 hari pertam perubahan warna bromotimol biru berwarna biru kehijauan dan kondisi siput hidup. Untuk hari kedua perubahan warna bromotimol biru adalah biru kehijauan namun siput mati dan dihari ketiga bromotimol biru warnanya hijau kekuningan dan siput mati
Pada tabung Reaksi B2 hari pertama bromotimol biru warnanya bening dan siput masih hidup serta hydrilla hidup segar. Pada hari kedua perubahan warna bromtimol biru, bening namun siput mati dan hydrila layu. Untuk hari ketiga bromtimol biru warnany keruh dan volumenya berkurang. Siput mati dan hydrilla layu dan rontok.
Pada tabung reaksi B3 hari pertam perubahan warna bromotimol biru. Warnanya bening kehijaun dan hidrilla masih hidup segar dihari kedua bromtimol biru warna kehijauan namun hidrillanya layu. Dan untuk hari ketiga petubahan bromotimol biru adalah keruh dan volumenya berkurang dengan kondisi hydrilla layu dan mati
Pada tabung reaksi B4, hari pengamatan hari pertama dan hari kedua serta dihari ketiga perubahan warna bromotimol birunya tetap yaitu biru muda
Pada tahub 1905 blackman membuktikan bahwa perubahan karbondioksida menjadi glukosa berlangsung tanpa batuan cahay matahari. Peristiwa ini siring disebut sebagai reduksi karbondioksida. Dengan demikina dalam Fotosintesis sedangkan reaksi gelap (reaksi blacman) adalah reduksi karbon dioksida gabungan antara reaksi terang adan reaksi gelap. Dan itulah yang kita kenal sebagai reaksi fotosintetsis( Blackman, 1950)
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat diambil kesimpulan, antara lain :
• Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara biosfer, hidrosfer, geosfer, dan atmosfer bumi
• Faktor faktor yang memperngaruhi siklus karbon meliputi suhu, suplai, nutrisi, ketersediaan O2, pH.
• Dalam proses Fotosintesis pada tumbuhan berlangsung denagn reaksi terang dan reaksi gelap
• Produsen adalah organisme yang mampu menggunakan sinar matahari sebagai sumber energi dalam melakukan aktifitas hidupnya
• Konsumen adalah organisme yang menggunakan sumber energi yang dihasilkan oler organisme lain
• Dari data hasil pengamatan yang dipeoleh bahawa siput air dan hydrilla dapat bertahan hidup pada perlakuan reaksi terang karena cahaya membantu produsen untuk berFotosintesis
5.2 Saran
Sebelum praktikum dilaksanakan, sebaiknya terlebih dahulu praktikan mempelajari dan memahami materi, dengan demikian praktikum akan berjalan dengan lancar. Diharapkan juga pada para asisten agar mengontrol dan membimbing pratikumnya dengan sungguh sungguh saat pratikum dan juga untuk pratikum agar mematuhi aturan yang yang diberikan pada asisten pratikum
DAFTAR PUSTAKA
Alvin. 2008. Global Warming. http://www.freewebs.com . Diakses 11 Novermber 2011 Pukul 18.57 WIB
Blackman. 1905. Sejarah Penemuan Fotosintesis. http://sanglahhospitalbali.com. Diakses 14 November 2011 Pukul 09.10 WIB
Bocah. 2007. Siklus Karbon. http://b0cah.org/index. Diakses 12 Novemeber 2011 Pukul 09.25 WIB
Brum, Gill Dkk, 1995. Biology Fundamental. John Willey & Sans Inc ; Canada
Hairiah, Kurniatun. 2007. Perubahn Iklim Global. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya; Malang
Hill, Robin . 1937. Sejarah Penemuan Fotosintesis. http://sanglahhospitalbali.com. Diakses 14 November 2011 Pukul 09.10 WIB
Kimball, John W. 1992. Biologi Edisi Kelima. Jakarta ; Erlangga
Maarif, Samsul 2009, Siklus Karbon. http://www.ninjabisnis.net. Diakses 27 Oktober 2011 Pukul 19.07 WIB
Mahecha. 2011. Nafas Bumi Putaran Karbon Ekosistem Daratan. http://www.beritabumi.com. Diakses 17 November 2011 Pukul 14.20 WIB
Prescott, Lansing M. dkk, 2005. Microbiology Sixth Edition. Mc Grow Hill Componies Inc ; Nourth America
Raven, Peter Hand and Geroger B Johnson. 2002. Biology. Mc Grow Hill Componies Inc ; North America
Universitas Indonesia. 2000. Siklus Biogeokimia. http://bebas.ui.ac.id. Diakses 18 November 2011 Pukul 18.44 WIB
Selengkapnya...
Kamis, 22 Desember 2011
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR
Diposting oleh
Mohammad Fathur Rohman
di
18.32
0
komentar
Langganan:
Postingan (Atom)
About Me
QUOTATION
Hidup adalah tak seperti yang pernah
Kita bayangkan dan kita impikan
Terkadang ada indah dan juga menyakitkan
SO....
Hadapi dengan senyuman
Semua yang terjadi biar terjadi
Hadapi dengan tenang jiwa
Semua kan baik-baik saja
(ABB&D19)
Kita bayangkan dan kita impikan
Terkadang ada indah dan juga menyakitkan
SO....
Hadapi dengan senyuman
Semua yang terjadi biar terjadi
Hadapi dengan tenang jiwa
Semua kan baik-baik saja
(ABB&D19)
TRANSLATOR
TOTAL
Provided by SEO company. |